BANDUNG BARAT (CM) – Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bandung Barat (KBB) terus berupaya mengitervensi angka anak tidak sekolah (ATS) di wilayahnya.
Tercatat, dalam dua tahun terakhir yakni 2021 dan 2022, anak tidak sekolah di KBB mengalami penurunan. Untuk siswa SD yang putus sekolah 202 orang, sementara SMP 40 orang se-KBB.
Diketahui, anak tidak melanjutkan ke jenjang sekolah pertama (SMP) masih mendominasi. Dinas Pendidikan Bandung Barat berupaya menekan angka dan meningkatkan angka rata-rata lama sekolah (RLS) dari 7 tahun menjadi 9 tahun.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat, Asep Dendih mengatakan, tahun ini berupaya meningkatkan angka rata-rata lama sekolah (RLS) minimal menjadi 9 tahun. Angka tersebut masih tergolong realisasi terdekat. Ia optimistis tahun ini bisa menuntaskan permasalahan ATS itu.
“Data tersebut mengacu pada neraca pendidikan yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), serta dilihat dari sisi data pokok pendidikan (Dapodik),” ujar Asep kepada wartawan, Selasa, 5 Desember 2023
Menurutnya, anak tidak sekolah untuk jenjang Sekolah Dasar jika di persentasekan sebesar 0,001 persen. Hal itu dilihat dari jumlah siswa SD sebanyak 158.339 siswa yang tersebar di 16 kecamatan.
Sementara jumlah siswa SMP di KBB, dia menyebutkan, jumlahnya mencapai 61.221 siswa. Untuk angka anak tidak sekolah jenjang SMP mencapai 40 oranf.
“Jadi angka putus sekolah untuk tingkat SD dan SMP relatif kecil,” katanya.
Ia menjelaskan, faktor penyebab utama anak tidak sekolah beragam, mulai dari dikeluarkan pihak sekolah karena melakukan pelanggaran, serta dari sisi ekonomi yang kurang memadai.
Kendati demikian, dinas pendidikan Kabupaten Bandung Barat terus berupaya mengajak pihak keluarga bersangkutan agar anak mau kembali ke bangku sekolah. Baik kembali ke sekolah formal maupun non-formal atau kesetaraan.
Pemerintah ingin memastikan tidak ada siswa-siswi putus sekolah karena biaya. Sejauh ini, program yang dimiliki Disdik KBB juga dinilai efektif, bahkan setiap tahun ajaran baru terdapat dua sampai tiga anak yang sempat putus sekolah dapat kembali bersekolah.
“Saya sudah sampaikan ke setiap sekolah-sekolah untuk aktif mendata, dan menarik para siswa putus sekolah di Kabupaten Bandung Barat. Terutama dari lulusan SD yang enggan melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya. Baik karena permasalahan ekonomi maupun lainnya,” katanya.
“Agar anak itu sekolah kembali kita upayakan mendapatkan bantuan melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),” tambahnya.
Ditegaskan Asep, Diskdik KBB telah berupaya optimal menekan angka putus sekolah khususnya di tingkat SD dan SMP yang menjadi ranah kewenangan Disdik KBB.
“Sebenarnya kita juga ada bantuan bagi siswa yang berasal dari latar belakang keluarga ekonomi lemah seperti, bantuan seragam, tas, hanya baru untuk sekitar 800 siswa saja di tiap jenjang mulai dari Paud, SD, SMP dengan besaran bantuan sekitar Rp 250 ribu persiswa,” paparnya.
Ia berharap, setidaknya tahun ini bisa menyelesaikan permasalahan sesuai data terverifikasi.
‘’Kalau bisa tahun ini mendekati 0 persen. Secara jangka panjang nantinya angka rata-rata lama sekolah menjadi 12 tahun,’’ harapnya.
Asep Dendih juga meminta orangtua dan masyarakat dapat berperan secara aktif mengajak, mengimbau keluarga dan lingkungan sekitar untuk kembali melanjutkan pendidikan. Karena mereka bukan sekedar anak-anak, namun mereka adalah masa depan bangsa Indonesia.
“Kita terus melakukan edukasi kepada para orangtua siswa, dengan menekankan pentingnya bersekolah dan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi,” tandasnya.