PANGANDARAN (CAMEON) – Munculnya kasus dugaan pembuatan gula merah berkimia oleh penderes di Kabupaten Pangandaran Jawa Barat lantaran belum dilakukannya pembinaan oleh pemerintah daerah kepada para Penderes. Selama ini, pembinaan hanya dilakukan oleh pihak organisasi profesi yang menaungi pelaku usaha gula merah saja.
Dengan demikian, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Pangandaran, Agus Satriadi mengaku, berdasarkan statistik perkebunan pada tahun 2017 tri wulan pertama, luas areal kelapa yang digarap oleh penderes se-Kabupaten Pangandaran sekitar 7.507 hektare.
“Dari luas tersebut, pemilik pohon kelapa sekitar 26.298 orang dengan pelaku penderes kurang lebih 67.597 penderes,” ujarnya.
Agus menambahkan, terkait adanya dugaan penggunaan bahan berkimia Natrium Meta Bisulfit oleh penderes secara berlebihan memang sangat dilarang karena akan berdampak pada kesehatan pengkonsumsi gula merah.
“Namun, kami pihak Dinas sangat menyadari bahwa pembinaan yang dilakukan belum maksimal, sehingga penggunaan bahan berkimia tersebut bisa saja lantaran ketidak tahuan atau belum tersampaikannya informasi kepada penderes,” tambah Agus.
Gula merah yang diproduksi oleh penderes di Kabupaten Pangandaran. Kata Agus akan disalurkan ke beberapa perusahaan indofood, kecap bango dan kecap sedap. Sebelum masuk pengolahan gula merah masuk ke laboratorium quality control untuk menguji kelayakan gula.
“Jika gula merah terlalu banyak kandungan kimia atau dicampur pasir maka gula akan dikembalikan,” jelasnya.
Sementara itu, salah satu staf di Dinas Pertanian Kusmayadi mengatakan, berdasarkan informasi, bahwa kualitas gula merah dari Pangandaran menjadi prioritas pilihan utama pihak pabrik.
“Informasinya kalau di pabrik belum datang kiriman gula merah dari Pangandaran, pengolahan bahan baku belum dilakukan, namun sering terjadi ada komplen dari pihak pabrik karena ada beberapa gula merah yang tidak memenuhi standar,” ungkap Kusmayadi.
Kusmayadi menyebutkan, rata-rata hasil produksi gula merah dari penderes di Pangandaran per tahun mencapai 70.000 ton dengan estimasi per enam bulan pertama setiap tahun 35.000 ton.
“Gula merah yang diproduksi tanpa bahan berkimia warnanya hitam dan rasanya manis sedangkan yang pakai bahan kimia berwarna kuning, keras dan rasanya asin,” terangnya.
Selain faktor ketidak tahuan. Lanjut dia, bahwa belum tersampaikannya tentang bahaya penggunaan Natrium Meta Bisulfit secara berlebihan kepada penderes disebabkan kebutuhan produksi gula yang tinggi.
“Idealnya penderes memasang dan mengambil wadah nira yang telah dipasang di pohon kelapa dalam satu hari 2 kali panjatan yaitu pagi dan sore,” katanya.
Karena ada Natrium Meta Bisulfit. Tambah dia. terkadang penderes hanya melakukan satu kali memanjat pohon dalam sehari karena nira tidak basi dan hasil produksinya akan banyak.
“Penggunaan Natrium Meta Bisulfit memang diperbolehkan dengan catatan tidak berlebihan dan harus ada takarannya, namun jika penggunaan berlebihan akan berbahaya,” tutup Kusmayadi. ( Andriansyah )