BANDUNG BARAT (CM) – Menjelang bulan Ramadhan 1446 H, harga minyak goreng bersubsidi atau MinyaKita terpantau naik melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 15.700 per liter.
Berdasarkan pantauan di Pasar Tagog Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), minyak goreng subsidi itu dibanderol Rp17.000 per liter.
Salah satu pedagang sembako di pasar Tagog Padalarang, U. Koswara (69), mengatakan sudah hampir dua bulan harga MinyaKita melambung tinggi melebihi harga eceran tertinggi.
“Dari Januari harganya naik terus, sekarang tembus Rp17.000 per liter. Sebelumnya cuma Rp16.000 per liter,” ungkapnya kepada wartawan, Kamis (7/2/2025).
Senada dengan U. Koswara, seorang pedagang lainnya, Enung (50) mengaku kesulitan mendapatkan pasokan MinyaKita dari biasanya. Meskipun ada, harganya jauh lebih mahal dari HET yang ditentukan pemerintah.
Karena itu, para pedagang sembako baik di pasar maupun toko kelontong terpaksa harus mengikuti harga yang disesuaikan dari agen.
“Kalo dari agen mahal, pasti kita juga naikin harganya. Paling ngambil untung dikit, karena dari sananya udah mahal,” katanya.
Ia menambahkan, salah satu penyebab mahalnya harga MinyaKita karena menggunakan aturan sistem kawin dengan minyak goreng lain.
Sistem kawin tersebut, dijelaskan Enung yakni membeli juga minyak goreng kemasan lain jika ingin mendapatkan Minyakita.
“Beli MinyaKita, juga harus beli minyak goreng kemasan lain. Jadi enggak bisa full beli Minyakita,” jelasnya.
Sementara itu, seorang ibu rumah tangga, Nurlia (34) meluapkan kekecewaannya. Bagi dia yang notabene janda anak satu, kenaikan harga MinyaKita sama dengan menambah beban keluarganya.
“Apa-apa harus naik, sekarang semakin mahal,” kesalnya.
Minyak goreng selama ini telah menjadi kebutuhan utama Nurlia. Saban hari, dirinya selalu menggunakan MinyaKita untuk berjualan aneka gorengan seperti sosis, cireng isi, dan bala-bala di pelataran kontrakannya.
Jika Minyakita terus mengalami kenaikan, maka otomatis akan menambah biaya pengeluaran untuk membeli minyak berlabel subsidi pemerintah itu.
“Sehari saja saya beli minyak goreng 2 liter. Belum lagi beli keperluan untuk jualan, sementara harga dagangan yang saya jual enggak berani saya naikan karena takut ga laku,” katanya.
Nurlia mengatakan, tanpa dinaikkan saja, harga MinyaKita yang dibeli di warung-warung dekat rumahnya sudah melampaui HET.
Harga beli untuk satu liter MinyaKita, kata dia, sudah berada di kisaran Rp18.000 per liter.
“Makin mahal, harga di pasar dan warung beda selisihnya seribu. Sekarang saja sudah mahal apalagi nanti mau lebaran,” tandasnya.