KOTA TASIKMALAYA, (CAMEON) – Bagi sebagian orang tua melanjutkan sekolah bagi anak anaknya adalah keinginan yang harus dicapai untuk keberhasilan si buah hati, namun lain halnya dengan Awaludin (23) warga Kampung Sudimara RT. 02 RW. 08 Kelurahan Karikil Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya. Pemuda ini terpaksa dipasung orang tuanya di sebuah kamar belakang rumahnya yang hanya berukuran 1,5 x 1,5 m2. Selama 7 tahun lebih, hanya karena dia ingin melanjutkan sekolah ke jenjang SMP 10 tahun silam.
Anak ke 3 dari 5 bersaudara anak pasangan Abdul Hadi (56) dan Rohanah (50) itu meringkuk di ruangan pengap berlantaikan bambu yang sudah bolong-bolong karena diobrak abrik oleh dirinya sendiri jika emosinya sudah tak terkendali.
Diungkapkan Abdul Hadi ayah dari Uung panggilan anak lelakinya itu, selepas sekolah dasar Uung berkeinginan untuk melanjutkan sekolah ke SMP. Namun, apa daya keluarga dari ekonomi tak mampu ini tidak memiliki biaya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan menegah, sang ayah yang berprofesi sebagai penjaja es keliling hanya meminta Uung untuk membantunya berjualan es keliling bersamanya.
“Awalnya Uung mau ikut berjualan. Namun tetap Uung selalu bercerita mengenai keinginannya untuk tetap melanjutkan sekolah seperti teman sebayanya. Namun apa daya, jangankan untuk biaya masuk sekolah, untuk biaya hidup sehari-hari keluarga saja morat-marit, waktu itu kan belum ada Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ),” Ujar Hadi saat ditemui di kediamannya, Sabtu (28/5/2016).
Hadi menceritakan, saat awal perangai Uung mulai kelihatan berbeda, saat dia meminta maaf atas semua kesalahannya. “Saat itu, Uung tiba tiba menghadap saya dan kepada ibunya dia mengucapkan permintaan maaf, saya heran, ada apa. Namun, saya kabulkan permohonan maaf anak saya itu. Besok hari tetap seperti biasa ikut berdagang,” kata Hadi yang diiyakan Rohanah istrinya sambil menyeka air matanya dengan ujung kerudung yang mulai memenuhi kelopak matanya.
Namun, sepekan setelah itu, Uung mulai menampakan perilaku berbeda. Uung yang tadinya anak pendiam tiba-tiba jadi agresif dan pemarah. Perangai Uung tak sampai di situ, dia kerap mengamuk tanpa alasan yang jelas bahkan kerap menganiaya ibunya atau dirinya sendiri, hampir semua perabotan rumah tangga milik keluarga ini dihancurkan Uung.
“Dari situ saya mulai mencoba mengajak anak saya berobat alternatif ke sejumlah tempat. Tapi belum ada hasilnya, bahkan ngamuk-ngamuknya semakin menjadi dan kerap kabur. Akhirnya, kami memutuskan untuk memasung anak saya. Karena takut merusak dan menganiaya orang lain,” ungkapnya.
Kini 7 Tahun telah berlalu, Uung yang sudah menjadi pria dewasa ini, hanya bisa merenungi nasibnya dibalik jeratan pasung di kakinya, miris, Uung yang saat ditemui tengah mengenakan baju pramuka bekas, pemberian tetangganya meski kondisinya kekecilan tapi tetap dipakainya.
Hadi dan istrinya hanya bisa berdoa di setiap akhir sholatnya, agar Tuhan memberikan kesembuhan kepada anak tercintanya ini. cakrawalamedia.co.id (dzm)
.