BANDUNG BARAT, (CAMEON) – Ini cerita lain pasca Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX tahun 2016 kemarin. Ada keasyikan yang luar biasa menikmati venue bekas olahraga se Indonesia itu.
Iya. Tentang Venue Gantole, salah satu cabang olahraga (cabor), yang terletak di Kampung Cihurang Desa Singajaya Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat (KBB). Lokasi ini menjelma jadi tempat selfie.
Banyak orang berberbondong-bondong mengejar lokasi wisata. Bermacetria rela berjibaku dengan banyak manusia di musim liburan. Setelah sampai lokasi wisata, penuh sesak ternyata.
Jangankan berkesempatan menikmati lokasi wisata yang dituju. Kadang, sekedar parkir saja susahnya bukan main. Tapi ternyata, semua keringat dan perjuangan itu beberapa menit bisa terobati asal berkesempatan selfie alias memotret diri.
Inilah kesempatan selfie yang bisa dimanfaatkan dari bekas lokasi olahraga. Urusan pemandangan tak kalah dengan objek wisata yang tiketnya selangit. Sensasi selfie di sini eksotis tak tertahankan.
Namanya venue gantole. Sebagai informasi, dari lima cabor yang dilombakan di wilayah KBB, Pemkab setempat ikut bertanggung jawab atas pembangunan cabor gantole dan ski air. Nah, lokasi cabor gantole inilah yang kini jadi perhatian.
Apa menariknya? Jelas, sejak ditetapkan daerah ini menjadi venue resmi PON, gairah kehidupan masyarakat setempat meningkat drastis. Tak hanya perekonomian yang mulai bergeliat, namun bisa jadi, indeks kebahagiaan masyarakat setempat juga naik.
Bercerita indeks kebahagiaan. Salah satu tandanya adalah wisata dan selfie atau berfoto. Iya, di lokasi ini menjadi kawasan paling indah untuk mengabadikan gambar.
Bagaimana tidak, landasan gantole yang menghadap ke arah utara memberikan panorama indah. Landasan ini terletak di puncak gunung, keindahan pemandangannya menjadi daya tarik yang mempesona mata.
View cekungan Bandung Raya dan hamparan pesawahan di antara genangan waduk saguling menjadi keindahan tak terbayar materi. Sejauh mata memandang, kita disuguhkan hamparan hijau seperti permadani.
Salah satu cabor ini memang unik. Lokasinya membutuhkan tempat tinggi untuk tempat take-off sehingga puncak bukit di Desa Singajaya Kecamatan Cihampelas ini jadi pilihan. Keindahannya membuat lokasi ini menjadi objek wisata alam ketinggian.
“Sekarang, setiap hari terutama hari libur selalu banyak orang yang datang ke sini. Remaja kebanyakan ya. Kadang cuma foto-foto aja ke sini,” kata Ujang Rahmat (39) salah seorang warga setempat, Rabu (11/1/2017).
Tak hanya warga Cihampelas, Saguling atau Cililin yang datang ke sini, namun warga luar Bandung juga banyak berdatangan. Mereka ingin menikmati pemandanggan indah di kawasan atas ini. “Kami senang-senang saja. Kampung jadi rame,” katanya.
Maelani (23), warga Cimahi, rela menempuh waktu sekitar satu jam demi sampai lokasi ini. Bahkan, dia berpikir untuk melakukan sesi foto praweeding di sini.
“Indah banget lah pemandangannya. Konsep praweeding aku nanti mau di sini,” ujarnya.
Tak hanya jadi tempat wisata dan wahana selfie ria ternyata. Venue gantole yang dibangun untuk Porda Jabar 2010 dan digunakan untuk PON 2016 ini juga memberikan keuntungan lain.
Pasca ditetapkannya Venue Gantole di Kampung Cihurang sebagai salah satu venue penyelenggaraan PON ini juga membawa berkah bagi warga. Ya, berkahnya adalah, warga pemilik lahan yang berada di sekitar pembangunan “take off” di puncak bukit Pasir Panjang mendadak kaya.
“Harga tanah sekitar itu naik drastis dari waktu ke waktu,” kata Hidayat (33), pemilik lahan yang berdampingan dengan gedung atlet dan pelatih berteduh gantole.
Ia mengemukakan, kini tanahnya sekitar 280 m2 tersebut banyak diincar orang. Beberapa di antaranya ada yang berani membeli Rp3 juta/ 14 m2 atau setumbak.
“Saya belum ada niatan untuk menjualnya. Kalau saya jual Rp3 juta per tumbak, kayaknya tidak mereka tawar lagi. Karena memang kisaran harganya sekarang segitu,” ujarnya saat ditemui di venue gantole, Rabu (11/1).
Padahal waktu itu, kenangnya, tepatnya tahun 2014 seiring pembangunan venue tersebut, ia membeli dari kerabatnya hanya Rp100 ribu/ 14 m2. Ia membeli tanah tersebut pertamanya untuk sekedar menyisihkan uang saja. Sama sekali tidak kepikiran untuk investasi ke depannya.
Kini lahan tersebut ia pergunakan untuk mendirikan warung kecil, tempat ibu dia berjualan makanan dan minuman ringan. Selebihnya, dipergunakan untuk area parkir.
“Lumayan kalau hari Sabtu dan Minggu, banyak pengunjung. Saya sih tidak mungut berapa mereka harus bayar, tapi seiklasnya saja,” tuturnya.
Kendati demikian, ia mengaku jika pengunjung padat dia bisa mengantongi hasilnya rata-rata Rp100 ribu/ hari. Hingga kini, ia belum menyisihkan pendapatannya untuk kas desa. “Katanya nanti bakal ada setoran ke desa, ya saya nunggu bagaimana baiknya saja,” ujar Rahmat, yang tiba-tiba kepincut menekuni olahraga paralayang ini.
Salah seorang pengurus Karang Taruna Desa Singajaya, Heri (26) membenarkan jika tanah di lokasi tersebut saat ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Rata-rata pembelinya, untuk keperluan membangun warung atau akan dijadikan tempat peristirahatan ke depannya.
“Belum lama, saya carikan tanah buat salah seorang pejabat dari KBB. Harganya paling murah sekarang Rp2,8 juta/ tumbak. Masih banyak yang mau membeli, tapi kayaknya warga juga sudah tahu prosfek ke depannya jadi harganya ada yang minta Rp5 juta/ tumbak,” terangnya. (Ginan)