Kolom

Momentum HSP dan Tantangan Pemuda Jadi Citizen dan Netizen

254
×

Momentum HSP dan Tantangan Pemuda Jadi Citizen dan Netizen

Sebarkan artikel ini
Momentum HSP dan Tantangan Pemuda Jadi Citizen dan Netizen

momentum-hsp-dan-tantangan-pemuda-jadi-citizen-dan-netizen2Selamat Hari Sumpah Pemuda (HSP). kita tengah memperingati dan mentasyakuri hari ini, yang karenanya, Sumpah Pemuda dan lagu Kebangsaan Indonesia lahir di rumah nomor 106 Gang Kenari Jalan Keramat Raya Jakarta tahun 1928 bulan 10 (Oktober) tanggal 28.

Jujur, saat melakukan upacara sumpah pemuda di komplek Pemkot Cimahi, Jumat (28/10/2016) pagi tadi, saya terenyuh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ini moment luar biasa, di mana pemuda bisa menginjakan kaki di kantor pemerintahan yang saat ini dipimpin oleh Plt wali kota.

Pak wakil Wali Kota, Pak Sudiarto, sosok yang saya kagumi sejak dulu memberikan amanat luar biasa. Beliau yang negarawan dan tidak haus kekuasaan itu menyampaikan amanat yang sangat menyentuh.

Memang sudah sering kita dengar kutipan ini. Tapi, kala pagi tadi dikatakan dengan lantang, kami para pemuda yang melaksanakan upacara merasa terpanggil. Beliau mengutip perkataan bung karno “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya dan beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.”

Memang, begitu besarnya peran pemuda dalam mengisi pembangunan dan kontribusinya dalam kemajuan bangsa. Ini sudah terpikirkan oleh tokoh-tokoh pergerakan yang menjadi pendiri bangsa dulu.

Ternyata, saat dikumandangkan Sumpah pemuda kala itu, nama negara Indonesia belum ada di peta dunia, bangsa ini masih menggunakan nama Hindia Belanda. Sungguh hebat gagasan para pemuda bangsa yang mampu meraih cita-cita mereka, dan berhasil menciptakan bangsa Indonesia. Gagasan itu sangat berharga; Merdeka!

Hari ini, tepat 88 tahun yang lalu, aktivis pemuda meleburkan diri dari berbagai organisasi kepemudaan, merumuskan cikal bakal persatuan nusantara. Kongres Pemuda Semua berawal dari sini. Kongres yang mempertemukan beragam organisasi pemuda untuk mengangkat derajat masyarakat Indonesia pribumi.

Peristiwa agung itu adalah tonggak awal berdirinya bangsa kita. Para pemuda menyatakan ikrarnya untuk melawan kekejaman kaum kolonial. Kemerdekaan pun akhirnya dapat kita raih, namun modernisasi rupanya sedang berusaha melumpuhkan semangat pemuda abad 21 ini. Inilah Pekerjaan Rumah yang wajib kita jawab.

Kawan. Data demografi indonesia menyebutkan bahwa jumlah pemuda di Indonesia sesuai dengan UU no 40 tahun 2009 tentang kepemudaan dengan range usia antara 16-30 tahun, berjumlah 61,8 juta orang, atau 24,5% dari total jumlah penduduk indonesia yang mencapai 252 juta orang (bps, 2014).

Secara kuantitas angka 24,5% ini cukuplah besar, ditambah lagi dalam waktu dekat ini mulai tahun 2020 sampai 2035, bangsa kita, Indonesia akan menikmati suatu era yang langka yang disebut dengan bonus demografi di mana jumlah usia produktif indonesia diproyeksikan berada pada grafik tertinggi dalam sejarah bangsa ini, yaitu mencapai 64% dari total jumlah penduduk indonesia sebesar 297 juta jiwa.

Melihat tema “Pemuda Indonesia Menatap Dunia” yang diambil pada gelaran peringatan HSP ke-88 “Tema diangkat dikarenakan keinginan pemerintah memotivasi, menyemangati, sekaligus meyakini  bahwa pemuda Indonesia mempunyai keistimewaan yang harus didorong menjadi sebuah karakter positif, menjadi perilaku positif, menjadi inspirasi bagi pemuda Indonesia untuk mampu berdaya saing, sekaligus berbicara banyak dikancah internasional.

Sangat langit memang rasanya. Tapi bukan sesuatu yang mustahil. Kawan, dalam moment ini, saya mengajak segenap pemuda khususnya di Kota Cimahi agar aktif menjadi pribadi yang negarawan. Maknanya, menjadi warga negara yang punya semangat kepemudaan namun penuh tanggungjawab.

Saat ini kita dihadapkan pada dua cara memperlihatkan eksistensi kewarganegaraan kita. Jadi citizens dan netizen. Ini beda dunia namun sama-sama memperlihatkan karakter kita sabagai seorang pemuda.

Menjadi citizen dan netizen saat ini akan sangat terlihat dalam semangat Pilkada di kota Cimahi. Mari, kita jawab tantangan itu. Pemuda era digital dan era konseptual saat ini dengan menjadi citizen dan netizen yang beradab dan bertanggungjawab.

Kita sudah sama-sama memahami, bahwa citizen aktif atau warga aktif adalah yang memiliki semangat mengkritisi dan melakukan perubahan. Kita tidak boleh patah arang apalagi padam. Ketika ada yang perlu kita kritisi, apakah pemerintahan atau kondisi sosial kemasyarakatan, mari kita kritisi itu.

Namun, kritik itu perlu kita barengi dengan karya nyata. Kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh kita para pemuda untuk masyarakat. Bahkan, dengan mudahnya media massa saat ini yang terbuka untuk masyarakat, kita juga bisa aktif menjadi citizen jurnalisme.

Kita bia melakukan kegiatan pengumpulan, pelaporan, analisis serta penyampaian informasi dan berita. Tipe jurnalisme seperti ini tengah menjadi paradigma dan tren baru tentang bagaimana pembaca atau pemirsa membentuk informasi dan berita.

Era ini sudah kita lakukan. Adanya media sosial, telah mengarahkan kita pada laku citizen jurnalism tadi. Bahkan, kapanpun, dengan mudah kita bisa menyampaikan informasi sekaligus mengakses informasi di manapun.

Ada dunia baru yang saat ini sedang kita rasakan pula. Ya, era internet. Eranya digital dan serba net. Serba mudah dan instan. Informasi apapun mudah kita share dan mudah kita dapatkan. Muncullah istilah netizen.

Netizen yang menjadikan pengguna Internet sebagai penguasa. Berbagai komunitas online di dunia maya lengkap. Berbagai macam aktivitas, obrolan, komentar, foto, video, karya dan sebagainya bisa kita raih hanya dengan jari-jari tangan.

Dan inilah yang saya maksud itu. Era netizen ini, mari menjadi pemuda negarawan. Pemuda yang bertanggungjawab atas posting, komentar dan status. Karena, apa pun yang kita lakukan di internet, akan dilihat oleh seantero dunia.

Akhir kata, memasuki era modern sekarang ini, marilah kita jawab ramalan Jayabaya dengan kepalan tangan. Generasi kami dan pemuda yang akan datang, tidak akan masuk dalam kategori ramalannya, yang mengatakan, “Akan ada suatu zaman di mana negeri ini akan kacau balau. Para pemudanya tidak lagi bangga terhadap jati dirinya.”

Penulis: Budi Miftahudin , Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Cimahi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *