BANDUNG, (CAMEON) – Ada pemandangan yang berbeda di Bandung Indah Plaza, Bandung. Terutama di pusat perbelanjaan lantai tiga ada sebanyak 100 buah foto dipamerankan. Bahkan, beberapa foto yang cukup menyedot perhatian pengunjung. Di antaranya, foto yang diberi judul ”Mencium Tangan” yang diambil oleh Arif Hidayat dari Pikiran Rakyat memotret seorang atlet karate yang mencium tangan ibunya saat meraih emas pada ajang PON XIX 2016.
Selanjutnya, foto dengan judul ”Ricuh di Cabor Gulat” diambil oleh Gani Kurniawan dari Tribun Jabar memotret peristiwa ricuh usai pertandingan atlet Kalimantan Timur melawan Kalimantan Selatan, di Gor Saparua, beberapa waktu lalu. Di mana dalam foto tersebut atlet Kaltim diamankan oleh empat orang pantia. Tiga di antara mengenakan atribut penegak hukum.
Lalu, foto Amri Rachman dari Jabar Ekspres memotret atlet Peparnas pada cabor lempar lembing. Di mana atlet tersebut harus diikat dengan kuat oleh beberapa tali agar tidak terjatuh saat melempar lembing. Bukan hanya itu, di tengah keterbatasan yang ada, atlet tersebut masih bisa mengukir prestasi.
Menurut ketua pelaksana Susanto Nurhadi Permana mengatakan, sebelumnya terdapat 214 foto yang dikirimkan oleh 32 fotografer dari Jawa Barat untuk mengikuti pameran tersebut. ”Akhirnya kita ambil 100 buah foto yang mewakili momen dari PON dan Peparnas Jawa Barat ini,” ungkap Susanto kepada wartawan, Senin (4/12).
Pameran yang dikurasi oleh Andri Gurnita dan Imam Cahyadi ini, dianggap menjadi momen yang paling besar yang diadakan oleh Jawa Barat. Diakui olehnya, belum tentu para fotografer yang saat ini ikut akan bisa mengikuti momen tersebut kembali.
BACA: Aher Apreasiasi Pameran Foto Kilas Balik PON
Terakhir, dari Ketua Wartawan Foto Bandung (WFB) Djuli Pamungkas mengatakan cukup puas dengan pameran yang diselenggaran kali ini meskipun terdapat kekurangan yang perlu diperbaiki. ”Masih ada yang perlu diperbaiki sebenarnya, tapi saya cukup puas,” ucapnya.
Diakui olehnya, waktu sepekan untuk pameran dirasa masih kurang lama mengingat masih ada masyarakat yang harus mengetahui foto-foto tersebut. Lalu, tempat pameran tidak terlalu luas membuat penataan foto menjadi terbatas. (Putri)