CIMAHI, (CAMEON) – Tim Kampanye pasangan calon nomor satu (Atty-Azul) menemukan sejumlah black campaign yang ditujukan kepada pasangan Atty-Azul di Kelurahan Cibeber dan Melong, Senin dini hari (13/2/2017).
Salah satunya terdapat poster sejumlah tokoh yang tertangkap Operasi Tangkap Tangan Komisi Pemilihan Umum (KPU). Dalam brosur tersebut ada enam tokoh, dua di antaranya terdapat foto Atty dan Itoch.
Selain itu, ditemukan juga sejumlah contoh surat suara yang harus memilih paslon nomor tiga (Ajay-Ngatiyana). Menanggapi temuan warga tersebut, Ketua tim pemenangan paslon satu (Atty-Azul) Irfan Salim mengatakan pihaknya merasa sangat dirugikan.
“Kami merasa didzalimi dengan adanya selebaran black campaign tersebut. Seharusnya semua pihak bisa fair dalam berkompetisi bukannya malah melakukan perbuatan tercela seperti itu,” jelas Irfan dihubungi wartawan, Senin (13/2/2017).
Untungnya, warga sendiri tidak terpengaruh terkait hal tersebut. Untuk menjaga ketertiban wilayah menjelang pemilu, sejumlah warga akan melakukan ronda malam guna mengantisipasi kejadian serupa terulang kembali. Sebanyak 100 orang akan turun di setiap kelurahan Kota Cimahi.
Rencananya, dari tim partai koalisi juga akan menurunkan kadernya untuk ikut serta ronda malam jelang pemilu, Rabu mendatang (15/2/2017). “Alhamdulillah masyarakat Cimahi banyak peduli. Banyak laporan dari temen-temen di lapangan warga mau ikut ronda,” katanya.
Saat ini pihaknya akan segera melakukan pembahasan dengan tim kampanye mengenai hal ter. “Pelakunya belum diketahui akan tetapi kami akan segera melakukan laporan ke Panwaslu Kota Cimahi,” katanya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Dewan Pengurus Cabang (DPC) PDI-Perjuangan Kota Cimahi, Denta Irawan, menantang siapa saja apabila hal tersebut memang dilakukan oleh paslon nomor tiga. “Silakan saja lakukan pembuktian. Cari siapa pelakunya, kalau ada mana fotonya. Lalu videonya mana?,” katanya.
Dia mengakui contoh surat suara yang ditemukan sangat wajar di setiap kampanye. Bahkan, hal tersebut sebagai cara mengedukasi masyarakat agar tidak salah melakukan pencoblosan.
Anggap saja alat tersebut sebagai alat peraga. “Jangan sampai sudah datang ke TPS, lalu malah nyoblos lebih dari satu kali. Intinya masyakarat jangan sampai salah pilih,” pungkasnya. (Putri)