TASIKMALAYA (CM) – Kasus stunting di Kabupaten Tasikmalaya merupakan kedua terbesar se Jawa Barat setelah Cianjur. Hal itu terjadi dalam kurun waktu 2013 yang menginjak angka sampai kurang lebih 47%, dan ada penurunan sekitar 33% pada kurun waktu 2017.
Menurut catatan ada sepuluh desa dari enam kecamatan yang terdapat kasus stunting, terbanyak di Desa Mulyasari Kecamatan Salopa dengan 171 kasus. Kedua terbanyak terdapat di Desa Margamulya Kec. Sukaresik sebanya 95 kasus.
Adapun kesepuluh desa tersebut seperti Desa Tanjungbarang Kec Cikatomas dengan 24 kasus, Desa Puspasari Kec Puspahiang 14 kasus, Desa Mandalahayu Kec Salopa 83 kasus, Desa Mulyasari Kec Salopa 171 kasus, Desa Sukakerta Kec jatiwaras 2 kasus, Desa Calincing Kec Sukahening 15 kasus, Desa Sundakerta Kec Sukahening 14 kasus, Desa Kiarajangkung Kec Sukahening 15 kasus, Desa Banjarsari Kec Sukaresik 62 kasus terakhir Desa Margamulya Kec Sukaresik sebanyak 95 kasus.
Dadan Hamdani, Kabid Kesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya mengungkapkan, penanggulangan Stunting melibatkan lintas sektor, tidak bisa ditanggulangi oleh satu sektor saja. Untuk itu, pihaknya bersama dengan lintas sektor terkait bekerjasama dengan Puslitbangkes Kemenkes RI melaksanakan koordinasi lintas sektor guna menanggulang stunting.
“Tasikmalaya masuk skala prioritas masalah stunting, masalah ini tidak bisa ditanggulangi oleh satu sektor saja, semua sektor berperan penting menanggulangi masalah stunting ini,” ungkap dadan di kantornya, Senin (03/08/2018).
Adapun beberapa upaya yang dilakukan, Dadan mengungkapkan, seperti progas (program gizi anak sekolah) dari Dinas Pendidikan, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan ada program gemar makan ikan.
Sementara, dari pihak Puslitbangkes Kemenkes RI, menurut Dadan, mereka ke Kabupaten Tasikmalaya melakukan beberapa pendampingan penanggulangan Stunting. “Juga melakukan maping serta penelitian mengenai Stunting sehingga nanti setelah hasilnya ada kita bisa melakukan yang terbaik dalam penanggulangan Stunting ini,” tandasnya. (Sopyan)