JAKARTA (CM) – Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia merilis jumlah penduduk miskin di Indonesia menurun 1,19 juta orang. Jumlah tersebut menurun jika dibandingan kondisi Maret 2017. Pada Maret 2017, jumlah penduduk miskin mencapai 27,77 juta orang. Pada bulan September 2017, jumlah penduduk miskin Indonesia 26,68 juta orang.
Menurut Direktur Statistik Ketahanan Sosial BPS IndonesiaHarmawanti Marhaeni, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2017 sebesar 7,72 persen turun menjadi 7,26 persen pada September 2017.
”Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2017 sebesar 13,93 persen turun menjadi 13,47 persen pada September 2017,” ungkap Harmawanti kepada wartawan, Rabu (3/1/2018).
Diungkap olehnya, selama periode Maret 2017–September 2017, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 401,28 ribu orang. Sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 786,95 ribu orang. Peranan komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. Namun, seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.
Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada September 2017 tercatat sebesar 73,35 persen. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi Maret 2017 yaitu sebesar 73,31 persen. Jenis komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai garis kemiskinan di perkotaan maupun di perdesaan adalah beras, rokok kretek filter, daging sapi, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, dan gula pasir.
”Sementara komoditi nonmakanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis kemiskinan di perkotaan maupun perdesaan adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi,” katanya.
Adapun faktor yang mempengaruhi jumlah kemiskinan, lanjut dia, ada beberapa faktor. Dia menjelaskan, selama periode Maret 2017–September 2017, inflasi umum relatif rendah yaitu sebesar 1,45 persen. Rata-rata upah nominal buruh tani per hari pada September 2017 naik sebesar 1,50 persen dibanding Maret 2017.
”Atau mulai dari Rp 49. 473 menjadi Rp50. 213. Sejalan dengan itu, upah riil buruh tani per hari pada September 2017 naik sebesar 1,05 persen dibanding Maret 2017, yaitu dari Rp37. 318 menjadi Rp 37. 711,” jelasnya.
Untuk jumlah upah nominal buruh bangunan per hari pada September 2017 naik sebesar 0,78 persen dibanding Maret 2017, yaitu dari Rp 83.724 menjadi Rp 84. 378. Akan tetapi, upah riil buruh bangunan per hari pada September 2017 turun sebesar 0,66 persen dibanding Maret 2017, yaitu dari Rp 65.297 menjadi Rp64. 867.
”Data lainnya, berdasarkan data Susenas September 2017, beras sejahtera (rastra) telah diterima oleh rumah tangga. Rata-rata setiap bulannya, selama Mei–Agustus 2017 rastra telah disalurkan kepada sekitar 30 persen rumah tangga,” pungkasnya. (Nita Nurdiani Putri)





