KABUPATEN TASIK, (CAMEON) – Sebanyak 41 persen bayi di bawah lima tahun (balita) di Kabupaten Tasikmalaya bertubuh pendek atau stunting. Itu dominannya disebabkan oleh kekurangan gizi.
“Bertubuh pendek, bukan cebol. Beda antara pendek dengan cebol. Nah, yang bertubuh pendek itu di Kabupaten Tasikmalaya banyak. Mereka berbeda dengan anak-anal seusianya,” terang Kepala Bidan Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Tasikmalaya, Dadan Hamdani, Senin (6/2/2017).
Menurut dia, itu disebabkan kekurangan gizi pada saat seribu hari awal kehidupan, mulai dari kandungan sampai usia dua tahun. Risikonya, mereka akan mengalami IQ yang rendah, dan saat dewasa rentan penyakit jantung dan gula. “Itu jadi PR kita bersama,” tandasnya.
Ditanya apakah itu merupakan faktor keturunan, Dadan menjawab bisa jadi. Tapi itu persentasenya kecil. “Para ahli mengatakan, tingkat derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi empat faktor, yaitu keturunan sebesar 5 persen, pelayanan kesehatan pengaruhnya 12 persen, perilaku hidup 30 persen, dan lingkungan 45 persen,” jelasnya.
Ia menegaskan, stunting itu dominan disebabkan kekurangan gizi. Untuk itu, pihaknya lebih menggenjot pada program seribu hari awal kehidupan. Salah satu strateginya adalah memberikan sosialisasi kepada para remaja perempuan dan ibu hamil, serta kerja sama dengan Kantor Urusan Agama untuk memberikan penyuluhan kepada para calon pengantin.
“Sekarang, kami juga sedang ada program dengan mengajak mahasiswa untuk pendampingan ibu hamil dan balita. Satu mahasiswa mendampingi satu keluarga. Tentu, kader Posyandu juga kita libatkan. Sementara ini baru berjalan di empat kecamatan,” paparnya.
Di akhir wawancara ia menyebutkan, dari 39 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya, ada sepuluh kecamatan yang pembangunan kesehatannya harus mendapatkan perhatian lebih, di antaranya kecamatan Manonjaya, Sukaresik, Singaparna, Taraju, Kadipaten, Pancatengah, Salopa dan lainnya. (sep)