JAKARTA (CM) – Pelemahan rupiah yang terus-menerus diakui Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution bakal memengaruhi inflasi dalam negeri.
Hal itu disampaikannya setelah rupiah kembali melemah ke level Rp 14.710 per dollar AS. Menurutnya, ke depan rupiah akan bergerak naik-turun lantaran bank sentral AS Federal Reserve yang bakal kembali menaikkan suku bunga acuan dua kali lagi hingga akhir 2018.
“Tapi arahnya mesti dia (The Fed) menaikkan (suku bunga acuan). Jadi dari 2018 ke 2019 itu arahnya bisa 1,5 persen, bisa naik lagi atau lebih sedikit,” ungkap Darmin, Jumat (31/08/2018).
Ia menambahkan, untuk merespon kondisi tersebut maka Bank Indonesia (BI) mau tak mau mesti menerapkan kebijakan pengetatan moneter.
“Itu berarti kita akan terkena dampaknya, sebagian di kurs, di tingkat suku bunga (bank), di inflasi. Mungkin juga lama-lama inflasi kita terpengaruh (nilai tukar nupiah) dari imported inflation,” tambahnya.
Namun demikian, Darmin menyatakan, pelemahan rupiah belum berdampak pada inflasi inti.
“Sejauh ini belum, artinya core inflation kita naik sedikit, tetapi (inflasi umum) masih di bawah 3,5 persen,” sambungnya.
Sebagai pengingat, tingkat inflasi pada Juli 2018 adalah 0,28 persen yang disumbang inflasi inti sebesar 0,41 persen, tertinggi sejak Februari 2017. Darmin mengakui adanya kenaikan inflasi inti, namun kenaikannya tak hanya disebabkan satu komponen.
“Sekarang ini ada kenaikan (inflasi inti) kalau dilihat dan diakumulasikan, misalnya di Agustus, tapi belum besar kenaikannya. Dampaknya susah ditebak,” pungkasnya. (**)