News

Pentas Mundinglaya Dikusumah Oleh Cerdas Muthahhari

268
×

Pentas Mundinglaya Dikusumah Oleh Cerdas Muthahhari

Sebarkan artikel ini
Pentas Mundinglaya Dikusumah Oleh Cerdas Muthahhari

BANDUNG, (CAMEON) – Sebanyak 200 orang siswa SD Sekolah Cerdas Muthahhari mengikuti drama kolosal anak di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Minggu (29/1/2017). Drama yang mengangkat kisah Mundinglaya Dikusumah merupakan agenda tahunan kelima yang rutin yang dilaksanakan. Menurut Kepala Sekolah Rizky Hamdani, cara mengajar tersebut dapat membangkitkan imajinasi para siswa.

”Cara mengajar dengan metode ceramah sudah sering dilakukan. Kadang, itu sangat membosankan bagi para siswa,” ucap Rizky ditemui di salah satu kafe di Bandung.

Permainan imajinasi, lanjut dia, mampu mendorong tumbuh kembang anak. Sebab, pada saat berpura-pura menjadi orang lain, anak-anak akan belajar bagaimana menghadapi masalah. Lebih jauh, menyampaikan maksud atau keinginannya. Hal ini melatih keterampilan motoriknya.

Selain itu, bermain peran dapat membangun kreatifitas siswa. Hal yang paling penting adalah anak dapat memecahkan masalah dan mengendalikan diri. Untuk di sekolah, membawa anak menuju zona alfa yang mana bisa siap menerima pelajaran.

”Anak-anak bisa menerima standar sekolah dengan cerita,” katanya.

Permainan imajinasi, ungkap dia, sarana terbaik untuk orangtua guna mengembangkan kemampuan bersosialisasi, kognitif dan perkembangan emosi. Bahkan, permainan imajinasi dapat mempererat hubungan orangtua dan anak. Batasi akses anak terhadap aneka gadget dan televisi.

Di tempat yang sama, Komite Sekolah Muftiah Yulismi mengatakan, dalam agenda tersebut antara pihak sekolah dan orangtua siswa berkomitmen mendukung satu sama lain. Bahkan, orangtua menjadi sponsor dalam agenda ini.

”Drama ramah anak ini menjadi metoda belajar sambil bermain yang memberikan keramahan dari guru ke anak-anak,” ucapnya.

Untuk persiapan, kata dia, anak-anak memakan waktu delapan bulan. Akan tetapi, mulai dari membaca naskah hingga menghafal dilakukan pada jam mata pelajaran. Bahkan, pentas seni ini masuk dalam mata pelajaran, yaitu kelas minat.

Diakui olehnya, untuk mengarahkan anak-anak cukup sulit. Sebab, anak-anak terkadang membawa keinginan masing-masing dalam peran. Semisal, ingin bermain drama lebih lama dari waktu peran tersebut. Atau, hal lainnya yang tidak sesuai dengan alur cerita.

”Tapi, itu merupakan karakter anak-anak. Di mana para anak hanya menyukai bermain,” ungkapnya.

Dalam hal ini, jelas dia, guru harus bisa mengolah agar dapat memberikan pelajaran yang sangat menyenangkan. Hal ini, yang menjadi sulit dilakukan oleh para guru. (putri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *