BANDUNG BARAT, (CAMEON) – Menyebarnya daging celeng di sejumlah pasar Jawa Barat belakangan ini, tidak luput dari perhatian Pemerintah Kabupaten Bandung Barat (KBB). Terutama daging celeng yang telah diolah oleh perusahaan menjadi makanan seperti baso dan sosis. Hasil olahan berbahan dasar daging tersebut, sulit dideteksi sehingga masyarakat diminta untuk waspada agar tidak tertipu.
Hal itu disampaikan Bupati Bandung Barat H.Abubakar, usai memberikan arahan kepada sekitar 400 anggota PKK se-KBB dalam acara Bimbingan Teknis Cara Membedakan Daging, di Ball Lantai 4 Gedung C Ngamprah, Selasa (24/5/2016).
Menurut Abubakar, biasanya ketika sesorang berbelanja ke pasar lebih mempertimbangkan harga murah. Tanpa memperhitungkan syarat-syarat higienis. “Padahal kalau dibandingkan dengan kualitas mah tidak murahan. Apalagi kita tidak bisa membedakan mana daging celeng, mana daging sapi,” ujarnya.
Melalui sosialisasi yang diselenggarakan Dinas Perikanan dan Peternakan (Disnakan) tersebut, ia berharap masyarakat bisa memahami tentang daging yang layak dikonsumsi. Terutama daging yang bersifat halal atau haram.
Kepala Disnakan KBB Adiyoto mengatakan bahwa selama ini pihaknya berupaya menolak produk-produk tidak halal dengan memantau terus perkembangan pemasokan daging ke pasar-pasar. “Kita punya petugas di lapangan satu orang di satu kecamatan. Jadi kalau ada kesalahan lapor saja ke call centre,” tukasnya.
Namun hingga kini menurutnya di KBB belum ditemukan daging celeng tersebut. Karena masyarakatnya cukup kritis sehingga dalam proses pemotongan saja dipantau. Ia tidak menampik jika pemalsuan daging itu bisa terjadi ketika telah berada di jongko.
Sebenarnya sambung Adiyoto, masyarakat bisa membedakan daging yang asli dengan yang dipalsukan mulai dari warna, tekstur, serat atau aromanya. “Kalau daging sapi itu seratnya seperti dianyam, tapi kalau daging celeng bisa searah. Warnanya juga daging celeng lebih gelap,” terangnya.
Sementara Ketua Tim Penggerak PKK KBB Hj.Elin S Abubakar yang bertindak sebagai salah seorang nara sumber di acara sosialisasi tersebut mengatakan, yang perlu diperhatikan dari daging ini tidak hanya asli dan palsu saja. Akan tetapi, cara-cara penyimpanan pun harus diperhatikan. Penyimpanan mulai yang diawetkan, maupun penyimpanan ketika hendak dimasak. “Semua itu ada batasan-batasannya. Nah dalam sosialisasi ini saya sampaikan ke ibu-ibu ini agar mereka mengetahuinya,” ucapnya.
Ia juga memberikan pemahaman kepada peserta agar mereka tidak membeli daging yang rusak dan lebih baik membeli daging yang segar.
“Kita harapkan dengan pembekalan ini, para ibu tidak terjebak saat berbelanja sehingga bisa membedakan mana daging rusak atau daging yang tidak biasa kita makan. Mudah-mudahan saja melalui kegiatan ini bisa bermanfaat secara umum bagi ibu-ibu,” pungkasnya. cakrawalamedia.co.id (Ginan)