KAB TASIKMALAYA (CM) – Memasuki musim tanam perdana pada awal tahun 2020, petani di berbagai daerah khususnya Kabupaten Tasikmalaya sudah melakukan berbagai langkah terutama mengantisipasi serangan hama keong mas dengan cara memberikan pakan berupa kulit pisang.
Ketua Gerakan Petani Mandiri Indonesia, Jawa Barat, Yuyun Suyud mengatakan, masa tanam di bulan Januari sekarang telah dilakukan secara serentak di berbagai daerah, tapi para petani juga jika tidak mau bersahabat dengan hama keong mas bisa menyediakan makanan berupa kulit pisang atau pohon pepaya yang tidak berproduktif.
“Sebelum masa tanam hingga setelah tanam agar petani bisa melakukan berbagai langkah dan upaya untuk mencegah serangan hama, di Kabupaten Tasikmalaya sendiri selama ini sudah 40 persen melakukan strategi dengan cara memberikan makanan kulit pisang untuk keong mas, supaya serangan tersebut itu tidak menimbulkann kematian pada tanaman padi,” katanya, Rabu (29/01/2020).
Yuyun menambahkan, strategi tersebut sudah lama dilakukan namun masih banyak para petani yang belum mengetahuinya mengingat cara itu paling mudah tanpa harus membeli obat dan lainnya tinggal petani jalan-jalan mencari para penjual goreng pisang hingga meminta atau memesan kulitnya. Langkah tersebut sangat simple untuk menyingkirkan hama keong mas, di areal persawahan dan tinggal menaruhnya setiap aliran air (parit).
“Jika petani mengalami kesulitan mendapat kulit pisang, bisa memakai pohon pepaya tak berproduktif sebagai makanan. Karena, upaya ini memang sudah berjalan di Kabupaten Tasikmalaya tapi untuk daerah lainnya belum melakukan strategi tersebut dan mereka juga selama itu hanya menggunakan upaya sendiri dengan mencari di areal persawahan dan membuang ke sungai,” ujarnya.
Menurutnya, masa tanam perdana pada bulan Januari untuk kebutuhan pupuk sudah aman dan pada minggu kedua serentak dilakukan pemupukan tapi untuk minggu ketiga petani juga akan tetap aman bisa mendapatkannya. Karena, untuk penjualan pupuk kemasan 50 kg di setiap kios harganya Rp 90.000 namun jika dibeli eceran harganya berbeda yakni Rp 2.500 per kilogram, Sedangkan, pupuk ponska 50 kg dijual Rp 115 ribu tapi eceran sendiri harus mengeluarkan uang Rp 2.300 per kg.
“Untuk pupuk organik memang murah harga tapi sekarang dijual Rp 500 per kg, tapi para petani yang menggunakannya selama ini ada di bawah 20% dan 80% lainnya berupa pupuk kimia. Namun, Dinas Pertanian dan Penanaman pangan harusnya lebih gereget lagi menyosialisasikan penggunaan pupuk organik supaya lahannya itu bisa bagus tapi dari sisi pemupukan yang baik seharusnya petani harus melakukan tepat waktu dan tepat tanam dan tidak boleh lebih 7 hari setelah tanam dan pada dilanjut pada pemupukan ke dua 35 hari tapi selama ini masih banyak para petani melakukannya 2-3 minggu pemupukan,” pungkasnya. (Amas)