News

Miris, Jumlah LGBT di Kota Tasik Ribuan

772
×

Miris, Jumlah LGBT di Kota Tasik Ribuan

Sebarkan artikel ini
Miris, Jumlah LGBT di Kota Tasik Ribuan

KOTA TASIKMALAYA (CAMEON) – Psikoterapist Hypnotherapist, Sepesialis dan Pakar Alam Bawah Sadar Klinik STIKes Bakti Tunas Husada Kota Tasikmalaya, Zae A. Zakaria, menyebutkan, akhir-akhir ini banyak sekali permasalahan perilaku menyimpang anak remaja yang masuk ke layanan klinik.

Miris melihat banyaknya angka kriminal sebagian remaja dan anak yang menjadi korban bahkan menjadi perilaku tindakan moral. Mereka sebagian besar masih berstatus sebagai pelajar.

“Di Kota Santri ini, tindakan merusak moral terus terjadi dan berulang, seperti Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT). Juga, banyak yang hamil di luar nikah, pencabulan, sodomi, bullying, penganiayaan dan berbagai tindakan lainnya,” beber Zea saat ditemui, Kamis (07/12/2017).

Menurutnya, pesatnya teknologi juga bisa sebagai penyumbang tindakan kriminalitas. Adanya medsos bagi kalangan remaja dan anak-anak secara tidak disadari lepas dari pendampingan orangtua dan pendidikan yang tidak memadai, sehingga muncullah fenomena mereka yang mengekspresikan dirinya melalui media sosial.

Ia mencontohkan seperti anak di bawah umur sudah berani memposting foto saat dirinya sedang merokok atau foto bersama pacarnya dengan caption yang terkesan berlebihan bagi anak seusiannya.

Terpisah, Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Ari, mengatakan, sejak tahun 2012 s.d. 2016, perilaku seks yang menyimpang menjadi penyumbang penyebab terjangkitnya HIV/AIDS.

Menurutnya, perkembangan penemuan kasus LGBT dan HIV/AIDS di Kota Tasikmalaya menunjukkan pergeseran trend penularan dimana tahun 2005-2008 pada kelompok penyalahguna NAPZA Suntik. Sekarang, ke kelompok seksual beresiko, sedangkan dua tahun terakhir ini kasus paling banyak ditemukan adalah kelompok homo seksual.

Namun, katanya, menurut estimasi kelompok risiko tinggi tahun 2012 data dari kementrian kesehatan bahwa Kota Tasikmalya terdapat 7.875 orang. Kenyataannya sampai saat ini baru terjangkau kurang lebih 2.000 orang.

Adapun upaya yang harus dilakukan agar tidak terus berkembang, yaitu diperlukan langkah-langkah konkrit dan komprehensif. Sedangkan upaya pemerintah sampai saat ini masih bersifat pragmatis, yakni menurunkan tingkat risiko perilaku seksual dan pengobatan bila terjadi Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV.

“Melalui momen Hari AIDS Sedunia (HAS) 1 Des 2017 lalu, kami mengajak kepada semua pihak untuk lebih peduli terhadap penderita penyakit HIV. Marilah kita melakukan tindakan pencegahan melalui diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar untuk tidak melakukan perilaku berisiko tinggi karena selain dilarang oleh agama juga menimbulkan risiko terkena HIV,” pungkasnya. (Edi Mulyana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *