CIMAHI, (CAMEON) – Kasus penderita HIV/AIDS di Kota Cimahi terus mengalami peningkatan. Tercatat, sejak tahun 2007-2016 ada 290 kasus HIV/AIDS yang mayoritas berasal kalangan ekonomi menengah ke bawah dan berada dalam usia produktif antara 15-25 tahun.
Pengelola Komisi Penangguulangan AIDS (KPA) Kota Cimahi, Kin Fathudin mengatakan penderita HIV/AIDS dari
keluarga pra sejahtera cenderung kesulitan mengakses pelayanan kesehatan. Selain karena keterbatasan dana untuk berobat, kalangan ekonomi menengah ke bawah juga jarang mendapat informasi tentang penyakit HIV/AIDS.
“Makanya kami sekarang lagi bekerja sama dengan Dinas Sosial, Dinas Kesehatan dan beberapa komunitas untuk menjangkau mereka (penderita HIV/AIDS). Karena bisanya yang menjadi kendala itu, ketika ditemukan
orang dengan HIV/AIDS kondisinya sudah parah,” terang dia, Senin (28/11/2016).
Menurut Kin, kasus penularan HIV/AIDS di Kota Cimahi cukup tinggi. Dari Januari sampai September 2016 saja tercatat sudah ada 33 penderita HIV/AIDS baru.
“Sebenarnya untuk Oktober sama November juga sudah ada, tapi akan disampaikan di Desember, karena biasanya laporan itu setiap tiga bulan sekali,” beber dia.
Kin menjelaskan, penularan HIV/AID di Kota Cimahi, disebabkan karena transmisi seksual atau seks bebas yang biasanya terjadi pada komunitas heteroseksual atau Laki Seks Laki (LSL).
“Tapi Oktober kemarin, kami menemukan kasus baru yang terjadi pada ibu dan anak bayi. Ibunya masih muda
anaknya masih usia dua tahun delapan bulan,” kata Kin.
Kebanyakan dari para ibu rumah tangga tersebut, lanjut Kin, tertular oleh suaminya yang kemudian meninggal dengan ciri-ciri sebagai orang dengan HIV/AIDS.
“Padahal, kalau mereka paham informasi pencegahan penularan HIV/AIDS, resiko penularannya itu bisa dikurangi sampai dua persen. Dan sekarang informasi tentang HIV/AIDS bisa dengan mudah didapatkan dari Puskesmas atau kader di Kelurahan,” ujarnya.
Meski begitu, kata Kin, pihaknya tetap masih kesulitan dalam menemukan kasus baru HIV/AIDS, karena kebanyakan penderita tidak mengetahui gejalanya dan kalaupun sudah terinveksi penderita enggan untuk melakukan pengobatan rutin.
“Mereka tidak mau melakukan tes HIV/AIDS itu karena takut dijauhi atau di kucilkan lingkungannya, karena tidak bisa dipungkiri stigma itu masih ada,” kata dia.
Sejauh ini, kata Kin, Dinas Kesehatan telah melakukan upaya di setiap puskesmas di Kota Cimahi untuk melayani tes HIV/AIDS.
“Tahun depan juga kami akan membuat website khusus informasi seputar HIV/AIDS agar bisa dengan mudah di
akses masyarakat,” beber dia. (Rizki)