KAB TASIKMALAYA (CM) – Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAID) Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto dan beberapa anggotanya mengunjungi rumah keluarga Engkus dan Euis di Kp. Sindang Tamu, Desa Kurnia Bakti, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya pada Kamis (25/06/2020).
Kedatangannya itu guna mengetahui kondisi anak kedua warga tersebut yang terserang penyakit Demam Berdarah. Saat tiba di lokasi, Ato langsung melihat sekaligus menanyakan tentang kondisi anak yang terjangkit penyakit mematikan itu.
Ia menerangkan alasan mengunjungi warga tersebut atas pengaduan yang diterimanya bahwa di kampung itu terdapat empat anak menderita penyakit DBD. “Dua anak sempat dirawat dan sudah pulang dari rumah sakit. Dua lagi sudah dapat arahan dari Puskesmas agar segera dirujuk, namun belum dilakukan akibat faktor pembiayaan,” ungkapnya.
Pihaknya pun akan membantu sekaligus memantau kondisi dua anak dari Ibu Euis selama 24 jam. Jika memang positif terjangkit DBD, maka akan memfasilitasi untuk membawanya ke rumah sakit.
“Kemudian, kami mendesak kepada Dinas Kesehatan untuk sesegera mungkin melakukan fogging, dan hari ini kami mendapat keluhan dari masyarakat bahwa fogging masih belum dilakukan dikarenakan masyarakat harus membayar sebesar x rupiah. Tentunya itu sangat berat, sehingga kami pun mendesak agar Pemkab Tasik secepatnya melaksanakan penanganan dengan cepat juga menggerakan masyarakat untuk bersih-bersih lingkungan,” papar Ato.
Sementara itu, Engkus menjelaskan bahwa dua orang anaknya baru saja kembali dari rumah sakit setelah beberapa hari menjalani perawatan intensif akibat positif menderita DBD. Saat mengetahui kondisi anaknya sakit, ia pun langsung melapor ke Puskesmas setempat dan memintanya untuk melakukan kegiatan fogging.
“Namun, kata dari Puskesmas waktu itu pasca survai ke lingkungan belum bisa dilakukan fogging. Kalau ingin difogging, warga harus melakukannya dengan hasil swadaya. Katanya harus bayar, tapi tidak menyebut berapa nominalnya. Kalau ingin gratis harus ada 10 orang yang positif karena masuk kategori kejadian luar biasa (KLB),” jelasnya.
Lalu, Euis menyebut belum bisa membawanya ke rumah sakit karena terbentur pembiayaan di mana kondisi keluarganya termasuk kalangan kurang mampu. Ia pun mengaku tidak memiliki jaminan sosial apapun sehingga menjadi kendala baginya untuk melakukan perawatan kedua anaknya yang saat ini tengah mengalami demem tinggi. (Sep)