News

Kartini Masa Kini: Jadi Perempuan Mandiri Bukan Berarti Setuju Feminisme

216
×

Kartini Masa Kini: Jadi Perempuan Mandiri Bukan Berarti Setuju Feminisme

Sebarkan artikel ini

BANDUNG BARAT (CM) – Perempuan saat ini harus mandiri, tidak selalu bergantung kepada kaum laki-laki. Dengan mandiri, kaum perempuan dapat berkontribusi untuk dunianya dan mengeksplore kemampuan diri.xSeperti yang dilakukan, Yulia Sandra Dewi, Bacaleg DPRD Dapil Bandung Barat 2 dari Partai Bulan Bintang. Dirinya mencoba menularkan semangat akan pentingnya memperjuangkan peran perempuan dan anak.

“Memperjuangkan perempuan saat ini karena peran perempuan dalam pendidikan anak yang sangat besar, terutama dalam lingkup rumah tangga. Memperjuangkan hak-hak perempuan berarti ikut pula memperjuangkan hak anak,” ungkapnya, Jumat (20/07/2018).

“Yang saya coba fahami adalah karena saya seorang Muslim maka saya melihat emansipasi menurut perspektif hukum Islam. Tidak hanya menjabarkan mengenai penuntutan hak saja, akan tetapi juga menjelaskan tentang kewajiban yang merupakan konsekuensi dari hak untuk memuliakan wanita itu sendiri,”  tambahnya

Perempuan kelahiran 02 Desember 1978 yang sempat aktif di KNPI, beberapa organisasi lainya dan juga aktif pada kegiatan-kegiatan sosial ini mau tak mau sejak tahun 2017 akhirnya memutuskan untuk terjun ke gelanggang politik.

“Saya belajar, karena bergerak di luar arena politik praktis hanya bisa dilakukan untuk pressure, advokasi, dan mempengaruhi opini publik, tapi tidak bisa ikut membuat kebijakan, regulating, dan perencanaan anggaran Negara untuk kemaslahatan rakyat. Makanya, mau tidak mau ya harus masuk ke gelanggang politik,” pungkasnya.

Hari ini emansipasi telah berubah orientasi perjuangannya, emansipasi yang diprakarsai oleh R.A Kartini telah disalah artikan oleh sebagian pihak maupun sebagian kaum yang mengatasnamakan feminisme. Menjadi perempuan harus tetap bersahaja. Aktif pada bidang apapun yang digelutinya, tentu saja perempuan tidak boleh melupakan kodratnya.

Kartini mengajarkan kita bahwa ibu yang cerdas akan melahirkan anak yang cerdas pula. Karena madrasah pertama bagi anak adalah ibunya, dan perempuan adalah “Tiang Negara” jika tiangnya kokoh maka generasi tunas bangsa pun akan unggul berpestasi dan membanggakan Negeri. (Intan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *