JAKARTA ( CAMEON ) – Tak nampak wajah keletihan dimuka pria bertubuh kecil ini, segar dan tetap semangat padahal bajunya sudah basah kuyup dengan air hujan, tas ranselnyapun sudah basah, namun bagi Muhammad Abduh, santri asal Papua yang kini tengah Menimba ilmu di pondok pesantren dikota Cikarang ini, itu semua tidak ada artinya jika alquran yang mulia, pedoman hidup umat muslim dinistakan oleh seorang pejabat negara.
” Hati saya sebagai seorang muslim, merasa trgerak untuk, ikut membela kemurnian alquran jangan sampai dilecehkan oleh pejabat nagara atau siapapun, karena itu aya

t Allah kitab suci kami ” ujarnya.
Muhammad adalah satu dari jutaan umat islam yang ikut dalam aksi super damai bela islam jilid 3 yang di gagas GNPF MUI di pelataran Monas, Jumat ( 02/12).
Senada dengan Muhammad, seorang mujahid muda pentahfidz quran lainya dari pontren HidayatullohSurabaya, sebut saja Nashrulloh yang baru berusia 21 tahun ini, ikut aksi bela islam karena
Menurutnya pemerintah sudah tidak memiliki kepekaan terhadap para ulama sebagai panduan umat.
” Kami hanya ingin keadilan, pemerintah semestinya mendengarkan ulama , bahwa sekecil apapun org menistakan agama org lain pasti akan ada resikonya, kita minta keadilan , itu saja ” ucap pria kelahiran Sulawesi yang sudah tahfidz quran tiga kali ini.
Mungkin penyampaian hati Muhammad dan Nasrulloh adalah dua dari sekian juta umat muslim di Indonesia yang menginginkan keadilan, atas kasus pnghinaan ayat suci oleh Gubernur Jakarta Basuki Tjahya Purnama, beberapa waktu lalu, yang memaksa jutaan umat turun ke jalan untuk yang ketiga kalinya hanya utk meminta keadilan.
” Tidak ada niatan kami untuk makar terlebih meruntuhkan pemerintahan, tapi kami hanya ingin pemerintah dan penegak hukum harus tegas sekali lagi tegas dalam menangani kasus ahok ini ” teriak Ketua GNPF MUI Ustadz Bahtiar Nasir dalam sambutanya di acara aksi super damai bela islam jilid 3 tersebut. cakrawalamedia.co.id dzm