BANDUNG (CM) – Sejak sore Ladore Delasga Morosti sudah berseragam coklat dengan design seperti Tiongkok. Sebagian teman-temannya yang lain memakai seragam berwarna pink.
Sesekali, siswa kelas 6 SDNPN Sabang Bandung ini bercanda dengan teman-temannya. Hingga beberapa jam kemudian, Ladore harus tampil didepan orang-orang penting di Jawa Barat, dalam kegiatan malam puncak peringatan Hari Pers Nasional (HPN) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Barat tahun 2018, di Hotel Asrilia Bandung, Jumat (23/2/2018).
Dalam acara itu ada Plt PWI Pusat Sasongko Tejo, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Pangdam III Siliwangi, Kapolda Jawa Barat, sejumlah kepala daerah Kota Kabupaten di Jawa Barat dan ratusan insan pers alias para wartawan yang tergabung dalam PWI Jawa Barat dan PWI perwakilan setiap daerah.
Ladore dan teman-temannya yang tergabung dalam klub Angklung SDN Sabang ini memang tampil memukau. Mulanya mereka membawakan lagu Indonesia Pusaka. Lagu nasional ini membahana dengan perpaduan musik angklung yang harmonis.
Saat tampil, mereka tidak terlihat grogi apalagi tegang. Usai Indonesia Pusaka, Ladore kemudian menyambar mikrophone. Dengan diiringi anglung oleh teman-temammnya, Ladore melantunkan sebuah Lagu Minang Sumatera Barat berjudul “Ayam Den Lapeh.”
Lirik perlirik dari suara Ladore membahana tegas di ruangan tersebut. Para hadirin banyak yang terhibur. Meski banyak yang tidak tahu artinya, namun tepuk tangan langsung bergema diruangan itu.
Lagu ayam den lapeh, dalam bahasa Indonesia berarti ayam saya lepas. Ini sebuah lagu yang diciptakan oleh Abdul Hamid ini menjadi perhatian hadirin yang hadir. Terutama bagi mereka yang memahami bahasa Minang.
Lirik lagu ini bermakna sangat dalam. Tentang kehilangan sesuatu yang sangat berharga dan disimbolkan dengan ayam ayam. Tentunya ayam hanyalah “siloka” dari sesuatu yang sangat mendalam dan disimpan direlung hati lalu kehilangan.
Astri Hamidah (34) salah seorang hadirin yang hadir berujar, lagu ini sangat cocok dengan kondisi hari ini. “Sekarang banyak orang yang kehilangan identitas,” ujarnya, usai penampilan.
Astri yang mengaku orang Padang ini menyebutkan, lagu ayam den lapeh ini unik. Karena disaat kehilangan sesuatu yang berharga, justru lirik dan nada yang ditampilkan jauh dari kesan muram, mendayu-dayu dan galau.
“Itu ada lirik awak takicuah ai ai, ayam den lapeh. Maknanya kan tidak terasa sedih. Malah tidak menyangka ayamnya hilang,” ujarnya.
Namun Ketua Panitia HPN tingkat Jawa Barat Dedi suhaeri menjelaskan lain. Pihaknya sengaja tidak menyajikan lagu khas sunda seperti Cangkurileung atau Manuk Dadali.
“Kenapa mengambil lagu ini, pertama karena tahun 2018, pusat HPN dilaksanakan di Padang. Kedua karena apresiasi kami terhadap beberapa pihak asal Padang yang banyak membantu PWI Jawa Barat,” katanya seraya menyebut pemilik Hotel Asrilia yang merupakan orang Padang.
Lagu ini, kata dia, merupakan perpaduan antara musik khas Jawa Barat dengan angklung dipadukan dengan lagu tersebut. “Inilah asbabunnujul kenapa memilih ayam den lapeh,” ujarnya.
Dedi mengatakan, pihaknya telah menyelenggarakan berbagai event secara maraton. Diantaranya kegiatan sosial seperti operasi katarak dan juga menggelar pekan olah raga wartawan daerah (Porwada).
“Porwada ini adalah semangat PWI Jabar. Terakhir dilaksanakam 31 tahun lalu. Dan sekarang dilaksanakan lagi,” katanya.
Porwada ini dilaksanakan sejak Kamis (22/2) hingga Jumat (23/2) dan diikuti oleh 237 atlet.
Porwada II mempertandingkan 7 cabang olah raga, yaitu atletik, biliard, tenis meja, badminton, catur dan domino. Kegiatan tersebut memperebutkan 13 medali emas, 13 medali perak, dan 24 medali perunggu.
Adapun pada malam puncak peringatan HPN tingkat Jabar, selain pembagian medali, pihaknya juga menyampaikan beberapa penghargaan kepada Istri Gubernur Jawa Barat Netty Heryawan sebagai Bunda Literasi yang telah berjasa mengembangkan dunia literasi di Jawa Barat.
“Dalam HPN tahun ini, kami juga menerbitkan buku putih wartawan. Data terupdate dari seluruh anggota PWI di Jawa Barat ada,” imbuhnya.
Sementara Ketua PWI Jawa Barat Mirza Zulhadi mengatakan, melalui peringatan HPN ini dia mengajak semua wartawan untuk tidak lelah berkarya, menjaga semangat kerja dan senantiasa menjunjung tinggi kode etik. (Suwitno)