BANJAR (CM) – Kumuh dan kotor. Itu mungkin kata yang tepat saat melihat pemandangan di Alun-alun Kota Banjar. Ironisnya, pemandangan seperti itu sudah menjadi hal yang biasa apalagi di musim penghujan.
Kondisi itu diperparah oleh para pedagang yang setiap hari berjualan disana. Mereka sengaja meninggalkan roda atau tempat dagangannya sehingga kesan kumuh pun kian terlihat.
“Sudah gak aneh mas, tiap lewat sini pasti kondisi ini sering terlihat, ditambah hujan, makin males orang bersih-bersih,” ujar salah seorang warga yang enggan disebutkan namanya, Senin (27/10/2020).
Ketua Lembaga Penyelamat Lingkungan Hidup Indonesia – Kawasan Laut, Hutan dan Industri (LPLHI-KLHI), Johan Wijaya, menyayangkan kondisi itu. Menurutnya alun-alun merupakan wajah dari sebuah kota atau kabupaten, sudah sepatutnya kebersihan di sekitar wilayah tersebut dijaga dengan baik.
“Melihat kondisi seperti ini saya miris sekali, karena tingkat kesadaran para pelaku usaha dalam menjaga kebersihan alun-alun Kota Banjar sangat rendah, apalagi Kota Banjar sudah beberapa kali mendapatkan penghargaan Adipura. Bisa-bisa tercoreng citranya,” katanya.
Johan menilai, selain kesadaran masyarakat yang mesti ditingkatkan, pihak pemerintah pun harus bertanggung jawab atas keadaan itu. Jangan sampai, sambungnya, mereka (pemerintah-red), hanya menarik retribusi dan iuran kebersihan saja.
Ia berharap, kondisi ini jangan sampai berlarut-larut dan segera diatasi. Sehingga, Kota Banjar dengan jargon BERSERI itu benar benar terimplemantasikan dengan kondisi di lapangan. Salah satunya di alun-alun Kota Banjar. (Yuhendi)