News

Jangan Ajari Kami Toleransi, Karena Sikap Kami Jelas ” Laqum Dinukum Waliyadin “

260
×

Jangan Ajari Kami Toleransi, Karena Sikap Kami Jelas ” Laqum Dinukum Waliyadin “

Sebarkan artikel ini
Ketua FKUB Forum Kerukunana Umat Beragama Kab Tasikmalaya H Edeng ZA

TASIKMALAYA ( CAMEON ) – Hakikat Toleransi sejatinya sudah diterapkan Islam 1400 silam sejak Nabi Muhamad SAW diutus Allah SWT untuk menyebarkan wahyunya kepada suku qurais atau lebih tepatnya kepada bangsa arab jahiliyah, dan dimoment itu pulalah turunnya ayat Laqum dinukum Waliyadin, karena orang qurais mengajak nabi untuk saling berbagai waktu dalam beribadah beribadah, tapi jelas di tolak oleh Nabi Muhamamad SAW.

Hal inilah yang membuat ketua FKUB Forum Kerukunan Umat Beragama Kab Tasikmalaha KH Edeng Zainal Abidin, lebih menyoroti tentang kerangka toleransi yang sesungguhnya dalam pandangan islam.

” Kita diajarkan toleransi 1400 tahun lamanya oleh Nabi muhammad SAW, jadi jangan ajarkan kepada kami makna toleransi, tapi kalo kita harus tolerans terhadap keyakinan yang salah katakanlah semisal ajar sesat Ahamdiyah, jelas kemurtadan harus diperangi bukan dijadikan ajang toleransi,” ujar Edeng disela sela acara Forum Grup Diskusi tentang Tolernasi dan bahayanya radikalisme bagi bangsa yang di gagas Kemenkopolhukam di Hotel Dewi Asri Singaparna kab Tasikmalaya, Kamis ( 16/03 ).

Lebih Jauh Kakak Kandung Mantan Bupati Tasikmalaya Tatang Farhanul Hakim ini menegaskan bahwa , Radikalisme itu hanya bahasa verbal yang dilontarkan HAM dan Pemerintah bagi mereka yang diindikasikan akan berbuat makar atau kerusuhan yang mangatasnamakan agama, padahal menurutnya pemerintah harus juga melihat kenapa sampai terjadi hal yang sifatnya radikal, jangan lantas membuat stigma negatif bahwa islam atau organisasi islam tertentu terkesan radikal tapi tidak melihat aspek yang lainnya.

” Saya fikir hal yang berkaitan dengan radikalisme itu juga harus dilihat akar permasalahnya, moal aya ujug ujug radikal mun euweuh masalah utama naamah, dan sekarang yang terjadi radikalisme ini ditujukan hanya kepada ormas islam yang terkesan berani kepada pemerintah, sebut saja FPI tapi apakah pemerintah buta mata saat FPI juga punya peranan positif sebagai pemerhati sosial di masyarakat yang jarang terekpos media, mestinya harus ada balancing info tentang hal ini,” ungkap Edeng.

Sementara menurut KH Ubed Ubaidillah, pengasuh Pontren Cipasung menilai bahwa tingkat radikalisme yang di bingkai dengan jihad islam ini timbul justru karena adanya ketidakadilan bagi masyarakat muslim di Indonesia, ambil contoh di Tolikara, Poso, dan Ambon , dimana saat minoritas muslim justru merasa tertindas dan jauh dari kalimat toleransi sehingga berdampak pada kerusuhan sara yang banyak merengut korban jiwa.

” Kalimat jihad ini, sejatinya sudah termaktub dalam.Alquran , dan umat islam wajib menjalankanya namun saat ini, kalimat jihad banyak dikumandangkan justru bukan pada tempatnya.” imbuh ubed.

Penegakan supremasi hukum menurutnya adalah hal mutlak dalamĀ  membangun rasa keadilan bagi anak bangsa.

” Saya melihat Jihad yang ada sekarang, adalah lebih dari implentasi kepada ketidakadilan pemerintah dalam penegakan supremasi hukum ” pungkasnya. cakrawalamedia.co.id (dzm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *