JAKARTA, (CAMEON) – Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Syaiful Hidayat melakukan blusukan ke Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Flamboyan di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Di sana, dia menerima keluhan warga yang menyebutkan bahwa RPTRA tersebut dibangun di atas pemakaman warga.
“RPTRA ini dibangun tapi belum jadi, maka keluhan itu akan ditindaklanjuti. Katanya, itu bekas makam umum yang masih ada kerangkanua, coba nanti kita gali kerangka itu untuk dimakamkan kembali di tempat lain,” ujar Djarot saat berdialog dengan warga serempat, Selasa (20/12).
Menurutnya, lahan RPTRA itu merupakan bekas pemakaman Tionghoa yang sudah lama tak terurus. Namun, beberapa ahli waris makam itu masih ada. Sehingga, kerangka mayat yang masih ada di dalam makam itu, harus segera digali dan dipindahkan dengan layak ke pemakaman lain.
“Ini kan makam tionghoa lama banget. Tapi ahli warisnya masih ada. Kita akan coba gali, untuk dikumpulkan di pemakaman umum lain. Kita akan data, semoga masih ada nisannya. Kalau pun nggak ada, bisa ditanya ahli warisnya,” katanya.
Selain mengunjungi RPTRA, Djarot pun mengenalkan pasukan oranye atau petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU). Pasukan oranye itu diapresiasi warga telah berhasil menyulap pemukiman menjadi lebih bersih dan nyaman.
“Memang, salah satu tugas ppsu sangat membantu kita semua. Tidak hanya ppsu, ada juga pasukan biru untuk tata air, pasukan hijau unyuk dinas pertamanan, yang kuning dinas marga, yang oranye dinas kebersihan, pasukan merah untuk dinas pemadam kebakaran,” jelasnya.
Salah satu tokoh masyarakat Flamboyan III, Budi Kabul mengatakan, pasangan Ahok-Djarot telah berhasil menjalankan program-program yang berpihak kepada rakyat. Salah satunya dengan adanya pasukan oranye atau petugas PPSU di setiap pemukiman.
“Seperti ppsu, itu sangat bermanfaat untuk masyarakat, lingkungan jadi bersih. Saya kira, APBD di masa pak Djarot ini, digunakan sepenuhnya untuk kepentingan masyarakat kecil,” ucapnya.
Hanya saja, lanjutnya, warga Flamboyan meminta pembangunan RPTRA di kawasan itu segera di evaluasi. Pasalnya, di dalam RPTRA itu masih terdapat makam yang belum dipindahkan. Terlebih, pembangunan RPTRA itu baru mencapai 40 persen. Namun, warga tetap menginginkan ruang terbuka hijau di wilayahnya.
“Di sini ada pembangun RPTRA. Sayangnya RPTRA itu pakai aset Pemda bekas pemakaman umum dan kerangkanya tidak diangkat. Akhirnya proyeknya itu dipaksakan. Saat ini, baru berjalan 40 persen. Semoga ini bisa dievaluasi karena masyarakat butuh RPTRA,” ungkapnya. (tama)