BANDUNG BARAT (CM) – Menyikapi kondisi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti yang kembali mengalami kelebihan muatan (overload), Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat (Disdik KBB) mengambil langkah inovatif. Disdik KBB menginstruksikan seluruh satuan pendidikan di wilayahnya untuk aktif dalam pengelolaan sampah mandiri, sebagai upaya mendukung solusi berkelanjutan dalam mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti.
Sekretaris Disdik KBB, Rustiyana, menyatakan bahwa langkah ini merupakan tindak lanjut dari surat edaran Bupati Bandung Barat Nomor 3205 Tahun 2024 serta kebijakan Pemprov Jawa Barat terkait darurat sampah di Bandung Raya.
“Hal ini bisa terwujud dengan kolaborasi dan sinergitas semua pihak, termasuk Dinas Pendidikan, untuk mengurangi kiriman volume sampah dari masing-masing satuan pendidikan. Disdik KBB telah mengeluarkan berbagai kebijakan serta inovasi agar volume sampah bisa dikurangi bahkan dihilangkan sama sekali,” ujar Rustiyana pada Kamis (7/11/2024).
Program ini bertujuan agar sekolah-sekolah di Bandung Barat tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga pusat inovasi lingkungan. Seluruh satuan pendidikan, baik SD maupun SMP, diinstruksikan untuk menerapkan Program Penanganan Sampah Terpadu dengan pendekatan yang berkelanjutan.
Implementasi Program 3R dan P5 di Sekolah
Sebagai langkah nyata, Disdik KBB mendorong penerapan konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) di semua satuan pendidikan. Selain itu, program ini selaras dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yang mendorong siswa untuk berkreasi dengan bahan daur ulang menjadi karya yang memiliki nilai seni maupun manfaat praktis.
“Melalui P5, siswa diajak untuk memanfaatkan barang-barang bekas menjadi sesuatu yang bermanfaat atau bernilai seni. Ini tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga membangun kreativitas siswa,” tambah Rustiyana.
Inovasi Unggulan: SincanDora dari SMP Negeri 2 Ngamprah
Salah satu contoh inovasi cemerlang yang berhasil dikembangkan adalah SincanDora (Mesin Pencacah Sampah Sambil Olahraga), yang diciptakan oleh SMP Negeri 2 Ngamprah. Mesin ini berfungsi untuk mengolah sampah organik menjadi kompos sambil melibatkan aktivitas fisik bagi siswa dan warga sekolah.
SincanDora bukan hanya solusi praktis, tetapi juga menjadi model inovasi yang telah diikutsertakan dalam Kompetisi Inovasi Jawa Barat Tahun 2024. Selain itu, SMPN 2 Ngamprah telah meraih status Sekolah Adiwiyata Mandiri dan Sekolah Siaga Kependudukan. Keberhasilan ini menjadi contoh yang diimbaskan kepada sekolah-sekolah lain, baik SD maupun SMP di Kabupaten Bandung Barat.
Baca Juga : UN Bukan Lagi Penentu Kelulusan, DPRD Jabar Usulkan UN sebagai Alat Evaluasi Pendidikan di Indonesia
“Dengan adanya SincanDora, seluruh warga sekolah terlibat aktif dalam proses pengolahan sampah. Sampah organik bisa dimanfaatkan menjadi kompos untuk lingkungan sekitar, sehingga sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat,” ujar Rustiyana.
Membangun Kesadaran Lingkungan Sejak Dini
Disdik KBB memastikan bahwa program ini turut membangun kesadaran lingkungan di kalangan siswa. Melalui edukasi memilah sampah organik dan anorganik, siswa diajak untuk lebih peduli terhadap lingkungan, baik di sekolah maupun di rumah.
“Minimal, siswa-siswi bisa memilah sampah dan mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna. Ini bukan hanya bermanfaat bagi pribadi dan keluarga, tetapi juga bagi lingkungan masyarakat,” tandas Rustiyana.
Melalui kebijakan inovatif ini, Disdik KBB berhasil menjadikan sekolah sebagai pusat pembelajaran sekaligus solusi penanganan sampah. Kolaborasi antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat membuktikan bahwa penanganan sampah bisa dilakukan secara efektif jika dimulai dari lingkungan pendidikan.
Dengan berbagai inovasi seperti SincanDora dan penerapan 3R di satuan pendidikan, Bandung Barat kini berada di jalur yang tepat menuju lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.





