TASIKMALAYA (CM) – Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya menggelar rapat koordinasi tentang upaya penanganan stunting untuk tahun 2019, di Hotel Asri, Komplek Plaza Asia Tasikmalaya, Senin (22/10/2018). Rapat dihadiri para pengelola program gizi dan pengelola Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Puskesmas.
Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas), Dadan Hamdani mengatakan, berdasarkan data yang ada angka stunting di Indonesia menunjukan 37 persen, sedangkan untuk Kabupaten Tasikmalaya dari data tahun 2013 jumlahnya hampir 41 persen dan hingga kini sudah mengalami penurunan dikisaran 15 persen.
“Tentunya hal ini menjadi penguatan kita bagaimana melakukan upaya dan pencegahan stunting. Upaya ini ada yang sifatnya spesifik dan sensitif. Kalau spesifik dilakukan oleh tanaga kesehatan dan kontribusinya hanya 30 persen. Justru upaya yang paling sensitif melibatkan lintas sektor karena masalah stunting ini sifatnya multidimensi atau tidak hanya urusan kesehatan saja,” tegasnya.
Upaya yang diutamakannya, lanjut Dadan, yakni menitikberatkan pada usia remaja sebagai calon pengantin dan seorang ibu agar nantinya bisa melahirkan bayi yang sehat pula. Bentuknya dengan penyuluhan-penyuluhan juga pemberian tablet, termasuk bagi ibu hamil. “Semua yang hadir diupayakan untuk melakukan pendataan ibu hamil yang layak mendapatkan bantuan dari pemerintah,” tambahnya.
Dengan kegiatan tersebut, ia berharap, pembuatan perencanaan kebijakan di tahun 2019 lebih terarah. “Dan perlu kami jelaskan bahwa stunting bukan merupakan sebuah penyakit, tapi sebuah kondisi atau keadaan di mana tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya,” jelas ia sembari memaparkan tentang ciri-ciri bayi yang masuk kategori stunting, yaitu bayi yang lahir di bawah 47 cm.
“Namun hal itu masih bisa diintervensi dengan beberapa cara agar tumbuh normal hingga usia dua tahun,” tandasnya. (Sep)