News

Dari Limbah, Warga Cisarua KBB Punya Mesin Uang Jamur Tiram

249
×

Dari Limbah, Warga Cisarua KBB Punya Mesin Uang Jamur Tiram

Sebarkan artikel ini
Dari Limbah, Warga Cisarua KBB Punya Mesin Uang Jamur Tiram
Asep Saepul tokoh pembudidaya jamur tiram

BANDUNG BARAT, (CAMEON) – Entrepreneur merupakan semangat perubahan. Mengubah barang yang dianggap sampah menjadi bernailai tinggi seperti intan permata.

Tanpa banyak teori tentang kewirausahaan, lebih dari satu dekade terakhir ini, warga Cisarua Kabupaten Bandung Barat (KBB) sudah membuktikan berbagai teori kewirausahaan atau entrepreneur modern.

Mereka mengubah kondisi alam menjadi peluang. Memanfaatkan iklim Kecamatan Cisarua yang berbeda dengan kecamatan lainnya, warga di sana memahami bahwa jamur tiram akan tumbuh subur.

Di Desa Kertawangi misalnya. Desa yang berada di bagian atas dan masuk dalam kawasan Bandung Utara ini  terletak di kaki Gunung Burangrang dengan ketinggian daerah dari 1000-1200 meter di atas permukaan laut.

Di sini, banyak masyarakat fokus mengembangkan budi daya jamur tiram. Setelah banyak berhasil, desa-desa lain seperti Jambudipa dan lainnya mengikuti langkah serupa.

Ketua kelompok usaha PKBM Bina Terampil Mandiri, Asep Saepul menjelaskan, budi daya jamur tiram telah berhasil mengelola limbah-limbah hasil hutan dan pertanian yang ada di desa Kertawangi.

Perpaduan antara banyaknya limbah hutan dan pertanian, ditambah dengan kondisi alam yang dingin dan disempurnakan dengan kreativitas masyarakat setempat, jadilah banyak berdiri komunitas wirausaha budidaya jamur tiram.

“Selama ini, limbah dianggap sebagai hal yang tidak berguna. Dalam pembudiyaan jamur, limbah-limbah tersebut dianggap sumber energi yang potensial,” ungkap Asep saat ditemui di Cisarua, belum lama ini.

Dia menyebutkan, sejumlah limbah seperti, potongan kayu, serbuk kayu, ampas tebu, limbah pemintalan kapas dan bahkan plastik bekas bisa dimanfaatkan untuk jamur tiram.

Asep menjelaskan, pemanfaat limbah sebagai upaya mengembalikan lingkungan pada fungsi yang sebenarnya. Melalui pemanfaatkan limbah, bisa menciptakan suasana kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan.

“Kita memanfaatkan yang sudah dibuang. Ada yang paling menarik, media bekas penanaman jamur tiram dapat digunakan sebagai pupuk organik yang sangat bermanfaat bagi tanah pertanian,” jelasnya.

Dari limbah bisa jadi pupuk. Itu kelebihan dari budi daya jamur tiram. Limbah dari sisa “pohon” jamur ini justru sangat berguna untuk meningkatkan kesehatan tanah.

Selain pemanfaatan limbah tadi, budi daya jamur tiram ini juga sangat menguntungkan. Peningkatan perekenomian masyarakat bisa meningkat berkali-kali lipat.

Pertama dari luas lahan yang irit. Untuk budi daya jamur tiram ini, dari sekitar 10 x 12 meter dapat menghasilkan jamur sekitar 500 kilogram/hari.

“Dibandingkan dengan pertanian yang lainnya, jamur dianggap sebagai tanaman yang cukup efektif dikelola,” katanya.

Kandungan gizi jamur tiram juga cukup tinggi. Bahkan, menurut banyak penelitian, jamur tiram berkhasiat mengurangi kadar lemak dan menurunkan kolesterol.

“Jadi jamur tiram banyak dicari oleh masyarakat. Mulai dari rumah tangga, hotel dan restoran. Permintaan selalu tinggi,” katanya.

Dia menyebutkan, jamur tiram yang diproduksi, selain dijual kepada pengepul, masyarakat mulai mengolahnya menjadi berbagai varian makanan. Seperti, jamur krispi, nugget jamur dan baso jamur.

Budi daya jamur tiram dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dalam satu bulannya, para petani di desa ini bisa  mendapatkan omset hingga ratusan juta dari budi daya jamur.

“Seorang petani sehari bisa memproduksi jamur hingga 100 kilogram dengan harga Rp 10 ribu kepada pengepul atau bandar,” katanya.

Alhasil, pembudidayaan jamur tiram kini banyak diminiati pemuda putus sekolah di kampung Kertawangi. Selain itu, usaha ini telah menjadi penghidupan ratusan orang.

Banyak warga yang memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap dari jamur tiram. Keberadaan usaha ini telah membantu masyarakat.

Di kecamatan Cisarua sendiri, ada banyak pemuda putus sekolah yang  belum mempunyai keterampilan dan pekerjaan yang tetap. Selama ini, para pemuda tersebut sering berkumpul tidak jelas dan tidak bermanfaat.

“Alhamdulillah, kini para pemuda bisa bekerja dan bisa sejahtera sekarang. Mereka tidak meresahkan lagi masyarakat karena punya penghasilan,” katanya. cakrawalamedia.co.id (Ginan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *