News

Cikal Bakal Kerupuk Maicih

230
×

Cikal Bakal Kerupuk Maicih

Sebarkan artikel ini
Cikal Bakal Kerupuk Maicih

BANDUNG BARAT (CAMEON) – Masih mengingat Kerupuk Maici? Ya, kerupuk tersebut sempat terkenal beberapa tahun belakang. Akan tetapi, saat ini tiba-tiba meredup. Walaupun begitu, kerupuk Maicih sebenarnya masih tetap diproduksi. Siapa yang menyangka Kerupuk Maicih diproduksi di Kabupaten Bandung Barat.

Pria bernama Dadi Supardi masih tetap setiap memproduksinya. Kurang lebih lima tahun, dirinya bekerjasama dengan pemiliki Kerupuk Maicih. Kejayaan Kerupuk Maicih pada tahun 2010, membuat usahanya maju dengan pesat. Hampir setiap hari, Mang Dadi bisa memproduksi kerupuk sebanyak dua truk besar kerupuk.

Tiba-tiba pada 2011, kerjasama dengan pemilik Kerupuk Maicih diputus. Dalam kesempatan tersebut, dia tidak tahu alasan utama diputus kontrak. Hanya saja, dia menduga ada pengalihan kepemilikan di dalam perusahaan tersebut. Sehingga, berdampak pada dirinya sebagai produksi.

Diputus kontrak dengan Kerupuk Maicih, berdampak pada memproduksi. Saat ini, dia hanya memproduksi kerupuk satu gelembung dengan ukuran 3 x 0,8 meter. ”Memang produksi menurun, akan tetapi tetap tidak kehilangan pelanggan,” ucap Mang Dadi ditemui di rumahnya, belum lama ini.

Dikenalnya sebagai cikal bakal Kerupuk Maicih, banyak pelanggan dari luar kota berdatangan. Bahkan para pelanggan langsung mendatangi ke warung miliknya di jalan Radio, Kecamatan Cililin. Jika dihitung dalam seminggu, ada 100 orang pelanggan yang datang ke rumah. Saat ini, kerupuk dirinya terkenal hingga Kalimantan.

”Dari penjualan kerupuk, saya bisa menyekolahkan anak-anak sampai tingkat perguruan tinggi,” ucap lelaki lima orang anak.

Diakui olehnya, bisnis makanan cukup fluktuatif. Terkadang tinggi, terkadang rendah. Walaupun begitu, pihaknya tetap bersyukur. ”Dibutuhkan kreatifitas untuk terus berinovasi yang lainnya untuk bisa bertahan dibidang makanan,” ucap lelaki yang sudah mempunyai satu orang cucu ini.

Saat ini, tercatat ada tujuh rasa kerupuk yang dia produksi. Mulai dari rasa pedas hingga gurih. Hanya saja secara pengemasan masih tetap sama. Hal ini sebagai petanda kerupuk produksinya tidak sama dengan kerupuk lainnya. Saat ini, bersama dengan istrinya, memproduksi Kerupuk khas Cililin, Kerupuk Gurileum. Pria yang akrab disebut Mang Dadi ini sudah memproduksi kerupuk gurilem sejak tahun 1992.

Dalam kesempatan tersebut, dia menceritakan awal dibangun usaha kerupuk. Dahulu, kerupuk hanya dijual di warung-warung kecil di sekitar rumah miliknya. Bahkan kerupuk tersebut adalah kerupuk eksperimen dalam mengawali usaha barunya. Di awal usaha, dirinya hanya menjual kerupuk ke warung-warung sekitar rumah. Bahkan dirinya sempat berkeliling kampung.

Keadaan tersebut bertahan selama lima tahun. Harga pertama kali dirinya menjual kerupuk seharga Rp 100/ukuran kecil. Saat ini mencapai Rp 5000/ukuran kecil. ”Sampai hari ini produksi kerupuk masih dilakukan secara manual,” ucapnya.

”Ketika bekerjasama dengan Maicih produksi kerupuk masih tetap menjual,” imbuhnya sambil tertawa. Diproduksi secara manual, jelas dia, hanya untuk mempertahankan rasa yang dimiliki.

Untuk menjalankan usaha kerupuk tersebut, dirinya membagi tugas pengelolaan dengan keluarga kecilnya. Istrinya ditugasnya untuk memproduksi sekaligus pengatur keuangan. Sementara dirinya bertugas untuk pemasaran.

Menyadari usaha makanan tidak selalu bagus, saat ini pihaknya semakin mengembangkan bisnisnya. Ada tujuh angkot jurusan Cililin – Cimahi yang dia miliki. Bisnis barunya tersebut dimuai saat diputus kontraknya dengan Kerupuk Maicih.

”Keuntungannya cukup banyak, Tabungan untuk anak sekolah udah ada. Saya coba usaha baru. Itung-itung buka pekerjaan untuk orang lain,” pungkasnya. (Putri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *