DKI DJAKARTA (CM) – Memiliki pengalaman buruk dengan kanker ovarium, justru presenter Shahnaz Haque harus berjuang melawan penyakit yang sering diderita oleh para wanita ini.
Seperti diketahui, sang Ibunda meninggal karena kanker ovarium 7 tahun lalu. Riwayat keluarga memang menjadi faktor risiko penyakit tersebut. Hal ini disampaikan Shahnaz Haque dalam webinar AstraZeneca baru-baru ini.
“Ibu saya meninggal karena kanker ovarium, begitu juga nenek saya. Tetapi mereka tidak cukup beruntung karena kanker ovarium tidak bertanda sehingga mereka mengetahui di stadium lanjut,” kisahnya.
Meski sempat shock, Shahnaz mengaku beruntung karena bisa mengetahui penyakit yang didapnya ini lebih awal sehingga bisa mempersiapkan segala sesuatunya lebih matang.
Berbeda dengan Ibu dan Neneknya yang mengetahui mengidap kanker ovarium ketika sudah stadium lanjut. Penanganan di level ini lebih sulit dan beresiko.
Untuk itu, perlu diketahui gejala-gejala dari kanker ovarium supaya kita bisa mempersiapkan penanganan dan pengobatan yang lebih optimal dan tidak beresiko. Berikut adalah beberapa gejala dari kanker ovarium yang perlu anda ketahui.
Gejala Kanker Ovarium
Ketua Himpunan Onkologi dan Ginekologi Indonesia (HOGI), Prof Dr dr Andrijono, SpOG(K), menjelaskan bahwa gejala kanker ovarium seringkali sulit diidentifikasi. Karenanya, penyakit ini sering ketahuan ketika sudah terlanjut makin parah.
“Padahal jika dideteksi lebih awal, kanker ovarium dapat ditangani,” ungkapnya.
Sementara itu dr Pungky Mulawardhana, SpOG(K) menjelaskan ada beberapa gejala kanker ovarium yang perlu diwaspadai. Di antaranya:
- Sering buang air kecil
- Merasa cepat kenyang
- Sakit di bagian panggul atau perut
- Kembung.
Beberapa gejala yang lebih spesifik di antaranya:
- Sulit buang air besar
- Nyeri dan mengeluarkan darah setelah hubungan seksual
- Nyeri di punggung
- Ada pengumpulan cairan yang membuat perut menjadi besar baru terlihat saat stadium lanjut.
Menurut dr Pungky, 70-80 persen kanker ovarium didiagnosis saat sudah mencapai stadium 3-4 yang artinya peluang untuk bertahan hidup makin menipis. Jika terdeteksi pada stadium awal, risiko kematian lebih bisa dihindari.
“Kanker ovarium (adalah) silent killer karena angka mortalitas tinggi dibandingkan kejadiannya,” tutupnya.