CIMAHI, (CAMEON) – Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Cimahi mengungkapkan sejauh ini sudah ada sekitar 12 investor yang tertarik membuat teknologi pengolahan sampah di Kota Cimahi. Bahkan, empat dari 12 investor sudah melakukan presentasi di Pemkot Cimahi.
Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cimahi, Aris Permono mengatakan, seluruh investor pengolahan sampah dari luar negeri tersebut akan memaparkan terlebih dahulu mengenai teknologi pengolahannya, setelah itu baru dipilih yang terbaik.
“Sudah ada 12 investor dari luar negeri. Dari 12 baru 4 (empat) yang sudah persentase, jadi ini masih sisa 8 (delapan). Kami lagi mencari dari 12, mana yang menguntungkan Kota Cimahi,” kata dia, Jumat (18/11/2016).
Dikatakan Aris, investor tersebut datang dari beberapa negara, seperti Malaysia, Korea, Jepang, Australia, Mexico, Selandia Baru dan Amerika.
“Kami sedang menjajaki. Mudah-mudahan 2017 ada investor yang memang bekerjasama dengan Kota Cimahi untuk permasalahan sampah,” imbuh dia.
Namun, kata Aris, dari investor yang sudah tertarik membuat pengolahan sampah di Cimahi, semuanya membutuhkan lahan mencapai dua hektar. Hal tersebut dikatakannya menjadi permasalahan yang harus dituntaskan.
“Mudah-mudahan kami bisa mendapatkan tanah 2 hektare,” ucap Aris.
Dikatakan Aris, Pemkot Cimahi juga melibatkan konsultan dari Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut dilakukan untuk mendata lebih detail mengenai sampah dan tempat untuk mengolah sampah.
Aris menjelaskan, jika teknologi pengolahan sampah diterapkan di Cimahi, itu akan menguntungkan. Sebab, semua sampah akan diolah menjadi bahan-bahan yang lebih berguna seperti bahan listrik, gas dan pupuk.
Pembuatan teknologi pengolahan sampah ini merupakan salah satu opsi untuk menyikapi habisnya kontrak TPA Sarimukti, Kab. Bandung Barat pada 2018 mendatang. Selama ini, TPA tersebut menjadi wadah bagi Kota Cimahi untuk membuang sampah.
Opsi lain yang muncul, lanjut Aris, adalah membuang sampah ke TPA Legok Nangka, Nagreg, Kab. Bandung. Namun, menurut Aris, jika membuang sampah ke sana, maka beban biaya akan mencapai enam kali lipat dari saat ini.
“Kami sudah menghitung bilamana membuang ke Nagreg (TPA Legok Nangka), itu ternyata anggaran membengkak 6 kali lipat,” beber Aris.
Dikatakan Aris, penyebab pembengkakan biaya tersebut karena jarak dan akses yang dilewati akan lebih jauh daripada ke TPA Sarimukti.
Jauhnya jarak tersebut menurut Aris, akan berpengaruh pada penumpukan sampah di Cimahi nantinya. Pasalnya, jika sekarang dalam sehari bisa mengangkut sampah sebanyak tiga kali, namun ke TPA Legok Nangka kemungkinan tidak akan sebanyak itu.
“Biasanya ke Sarimukti bisa buang dalam sehari 3 kali, kemungkinan kalau ke Legok Nangka tidak mungkin,” katanya. (Rizki)