Menu

Mode Gelap
Mudik Bersama Polres Tasikmalaya; Ratusan Pemudik Merasa Terbantu dan Nyaman Hengky Tegaskan H-7 Perusahaan Wajib Bayar THR Tepat Waktu Nasib Para Mahasiswa STMIK Tasikmalaya; Wahid Minta Pemda Jamin Kelangsungan Pendidikan di Tengah Pencabutan Izin Operasional Proyek Dikuasai Pokir DPRD, Pengusaha Lokal KBB Menjerit Resahkan Masyarakat, Satlantas Polres Tasikmalaya Bakal Tindak Pengguna Knalpot Bising

Bandung Barat · 10 Jan 2019 16:41 WIB ·

Berburu Angkutan di Gerbang Tol Padalarang


					Suasana gerbang Tol Padalarang Perbesar

Suasana gerbang Tol Padalarang

BANDUNG BARAT (CM) – Gerbang Tol Padalarang tak pernah sepi. Bukan kendaraan R4 yang keluar masuk di sana, tetapi juga ada banyak orang-orang yang berburu “nunutan” pada bus atau elp.

Berjejer tegak, lesehan dan jongkok di emper jalan tak jauh dari gerbang Tol Padalarang Kabupaten Bandung Barat (KBB) adalah pemandangan biasa. Menjadi bagian dari mereka tentu harus ikhlas saat celana bersentuhan dengan debu jalanan atau aneka tanah kotor menempel sehabis guyuran hujan.

Keringat mengucur dari dahi seorang ibu yang menggendong anaknya, jari jemarinya sibuk megipas ngipas anaknya yang masih bayi agar tidak kepanasan. Tak jauh dari tempatnya berdiri, sebuah tas tentengan “ngagoler” begitu saja berpelukan dengan aspal jalanan.

Sesekali terlihat, ibu kepala tiga ini mengusap keringatnya dengan kain gendongan. Mengalir sedikit demi sedikit di dahinya. Karena bis lama tak kunjung datang, ia mencari perlindungan pada sebuah pohon tak jauh dari lokasi semula dia berdiri.

Anis (37) namanya. Kamis (10/1/2019) siang yang terik, Anis yang berkaos hitam bawahan jeans kebiru-biruan lengkap dengan tentengan tas khas luar kota itu tetap teguh berada di pinggiran jalan berjarak sekitar 100 meter ke gerbang tol.

Dalam posisi serba berabe, Anis harus tetap siaga. Kedua tangannya harus tetap berjaga, sebelah kiri menenteng tas dan kanan menggendong anaknya yang berusia satu setengah tahun. Ia tidak boleh lengah jika bus tiba-tiba muncul dari arah Purwakarta atau Cianjur memasuki gerbang tol.

“Mau gimana lagi kami sebagai penumpang harus menikmati karena lokasi ini merupakan tempat yang pas untuk nunggu bus tujuan Tasikmalaya,” gerutu Anis saat ditemui CAMEON, Kamis (10/1).

Sudah hampir 30 menit bus belum datang. Sembari mengayun pangkuan anaknya, Anis masih tegap menunggu. “Mau gimana lagi, kagok ditungguan wae sampe datang bisna,” imbuhnya.

Entah kapan gerbang Tol Padalarang menjadi multifungsi seperti ini. Selain akses jalan bebas hambatan, gerbang ini pun menjadi terminal dadakan. Sayangnya, kondisi tersebut mau tidak mau harus diterima calon penumpang karena belum disediakannya halte yang nyaman dan layak.

Di terminal bayangan ini. Tak hanya bus antar kota yang ada, terlihat seperti angkot, ojek, bahkan angkutan berplat no hitam atau yang sering disebut dengan angkutan preman turut meramaikan khasanah angkutan di depan gerbang tol padalarang.

Sebuah suasana perjalanan pulang atau pergi untuk seseorang yang mecari rezeki, menuntut ilmu, bahkan untuk menipu. Hal tersebut menjadi gambaran rutinitas kaum urban pertengahan yang akrab dengan halte, terminal bayangan hingga jam kepadatan dan kemacetan.

Sengatan terik matahari bukan hal yang sangat berarti demi menunggu salah satu bus yang datang. Padahal, gerbang tol Padalarang menjadi tempat repfresentatif bagi pemburu bus antar kota. Tidak jarang, penumpang yang hendak pergi ke daerah priangan dan Jawa Tengah sengaja datang ke terminal bayangan ini.

Pantauan CAMEON, ketidak adaan terminal membuat angkutan umum seringkali berhenti dimana saja, akibatnya kemacetan kerap terjadi.

Tak hanya masalah kemacetan, terminal bayangan di sana tidak ditemukan petugas, baik dari Dishub maupun Lantas Polres Cimahi yang menertibkan angkutan yang berhenti seenaknya. Akibatnya, daerah tersebut rawan pungli.

Sejumlah orang menawari para calon penumpang untuk naik angkutan berplat hitam tujuan pasteur hingga RS Hasan Sadikin dengan tarip 1000 rupiah. “Teh Pasteur teh,” teriak salah seorang pria bertopi penuh dengan lantang.

Di sisi lain angkutan plat hitam tersebut tidak memiliki jam operasional, sehingga mereka bisa bebas beroperasi kapan saja sesuai yang mereka inginkan, terutama pada saat jam-jam ramai penumpang seperti pagi dan sore hari.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah seorang supir taksi, sebut saja iyan (nama samaran), Ia mengatakan keberadaan taksi atau angkutan itu tidak sesuai prosedur seperti izin trayek dan penggunaan plat kuning.

Ia mengatakan keberadaan angkutan plat hitam tersebut sangat meresahkan di mata para supir taksi. Keresahan itu dirasakan oleh supir taksi terutama di jam-jam ramai penumpang. “Karena keberadaan angkutan plat hitam otomatis pendapatan kita menjadi berkurang,” katanya. (Agus)

Artikel ini telah dibaca 1,108 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Optimalisasi Karyawan: Meningkatkan Produktivitas dan Efisiensi Kinerja

12 Juli 2023 - 07:44 WIB

Optimalisasi Karyawan: Meningkatkan Produktivitas dan Efisiensi Kinerja

IKM Jabar Gelar Eksebisi Lomba Mancing Dalam Rangka Meriahkan FORNAS VII

29 Juni 2023 - 13:15 WIB

Pemkab KBB Lepas 392 Jemaah Haji Kloter Pertama

26 Mei 2023 - 19:03 WIB

Geliat Ekonomi Bandung Barat Bangkit Seusai Dilanda Pandemi

22 Mei 2023 - 19:53 WIB

Unik! Peringati Hardiknas dan Harkitnas, Hengky Kenakan Pakaian Adat

22 Mei 2023 - 17:08 WIB

Hengky Pastikan Semua Sekolah di Pelosok Menjadi Prioritas

19 Mei 2023 - 16:58 WIB

Trending di Bandung Barat