JAKARTA, (CAMEON) – Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI), Bachtir Nasir, mengatakan, Aksi Bela Islam merupakan ketidakadilan sosial yang dirasakan umat Islam yang sering tersudutkan dan ideologinya dinistakan.
Melalui akun Facebooknya, Kamis, 1 Desember 2016, ia memaparkan esensi Aksi Bela Islam. Menurutnya, aksi itu merupakan gerakan ideologi soft Muslim People Power yang digerakkan oleh kesamaan rasa akibat penistaan agama dan Kitab Suci Ummat Islam.
“Penistaan itu dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, khususnya atas Surat Al-Maidah 51. Namun, ini hanya gunung es. Gerakan Bela Islam yang mirip Apel Gabungan Umat Islam Nasional bahkan Internasional merupakan akumulasi berbagai kasus ketidakadilan sosial Indonesia,” tuturnya.
Ia menjelaskan, umat Islam sering dituduh sebagai pihak yang tidak nasionalis, antiPancasila, tidak pro pada Bhinneka Tunggal Ika dan lain-lain. “Ironisnya, hak-haknya sebagai rakyat kecil terpinggirkan demi kepentingan pemodal asing dan aseng,” tandasnya.
Menurutnya, Aksi Bela Islam bukan tanpa target. Selain menguatkan rasa dan barisan ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam) dan ukhuwah wathaniyah (Persaudaraan Nasionalisme), aksi itu bertujuan untuk mengokohkan Persatuan Ummat Islam yang membawa pada Persatuan Indonesia, mengokohkan Bhinneka Tunggal Ika berdasarkan nilai-nilai UUD 1945 yang asli.
“Yang tak kalah pentingnya juga, aksi ini menuntut keadilan sosial dan keadilan hukum bagi seluruh rakyat Indonesia, serta melawan kekuatan oligarki yang telah membuat Indonesia terjajah secara politik, ekonomi, sosial, dan hukum. Penjarakan penista agama secepatnya!” tegas Bachtiar.
Ia menuturkan, sejak GNPF-MUI dideklarasikan, banyak penghadangan secara sistematis, terstruktur, dan masif dilancarkan oleh pihak-pihak yang tidak ingin umat Islam bersatu. Ada tudingan politisasi gerakan hingga isu makar.
“Semua tuduhan itu hanya isapan jempol belaka. Umat Islam tidak percaya lagi dengan propaganda dan agenda setting semacam itu. Sebaliknya, umat Islam semakin menguatkan ketaatan dan keterikatan kepada ulama dalam bingkai syariat,” paparnya.
Dalam Aksi Bela Islam 3 yang akan digelar besok, 2 Desember 2016, umat Islam mengadukan nasibnya kepada Allah SWT dalam bentuk zikir, doa, tausiah, dan salat Jumat. Itu sebagai bentuk protes terhadap ketidakadilan sosial dan tumpulnya keadilan hukum bagi pribumi dan terkesan menganakemaskan kaum pemodal aseng dan asing yang telah menyuap kaum oligarki elite politik Indonesia. (pey)