News

Anton Charlian: Teroris di Kota Tasikmalaya Paling Banyak di Jawa Barat

318
×

Anton Charlian: Teroris di Kota Tasikmalaya Paling Banyak di Jawa Barat

Sebarkan artikel ini
Anton Charlian Teoris di Kota Tasikmalaya Paling Banyak di Jawa Barat
Anton Charlian Teoris di Kota Tasikmalaya Paling Banyak di Jawa Barat

KOTA TASIKMALAYA (CM) –  Mantan Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Purnawirawan, Anton Charliyan, bekerjasama dengan Sekolah Menengah Pertama Negeri  (SMPN) 5 Kota Tasikmalaya, melakukan sosialisasi pencegahan tindakan radikalisme Teroris kepada sejumlah siswa/siswi SMPN  5 Kota Tasikmalaya Jalan Martadinata Kelurahan Panglayungan Kecamatan Cipedes Senin (12/8/2019).

“Sikap Intoleransi tindakan radikalisme yang tersebar dikalangan masyarakat itu tidak sesuai dengan UU Dasar Pancasila 1945 mau syari’at pun Agama. Karena intoleransi ini merupakan akar dari perbedaan keyakinan, sehingga timbul didalam jiwanya  tidak suka dengan hiruk pikuk kebanyakan orang disekelilingnya,” papar, Anton.

Didalam perbedaan itu orang disekitarnya yang tidak satu aliran dianggap sebagai musuh dan berkembang menjadi teroris. Ini harus betul-betul dihilangkan diberbagai kalangan termasuk dikalangan para pelajar.

“Berdasarkan data yang kami himpun tindakan radikallisme teroris di Jawa Barat Kota Tasikmalaya yang paling tinggi. Makanya kita lakukan sosialisasi sekaligus pembinaan di kalangan pelajar SMP. Tujuannya biar sejak dini sudah memahami betapa besarnya bahaya tindakan radikalisme terorisme. Sehingga nantinya memiliki rasa toleran baik terhadap seksama,” jelasnya.

Semua lapisan masyarakat harus tahu, untuk membedakan karakter seseorang yang sudah terkontaminasi tindakan radikal. Pertama ketika dia beragama,agamanya dan dirinya merasa paling benar. Agama lain salah, bahkan sesama agama juga bisa dia salahkan yang benar adalah dirinya. Orang lain bisa dikatakan musuh dengan sebutan kafir, sehingga melakukan kekerasan karena menurutnya adalah jihad.

“Ironisnya intoleransi itu, agama juga dijadikan kedok sehingga negara juga oleh mereka dijadikan negara khilafah maupun sari’ah. Karena mereka tidak menganggap bahwa UUD 45 itu tidak benar dimatannya. Mereka menganggap negara yang paling benar sesuai dengan sati’at agama yang dianutnya. Sementara Agama Islam tidak mengajarkan tindakan intelorisme. Islam.itu adalah agama rohmatan lil-Alamiin,” ujar Anton.

Untuk menyikapi ajaran radikal lisme/inteloran tentu ini menjadi tanggungjawab bersama termasuk Guru, Kepala Sekolah, aparat TNI, Polri, Pemerintah, masyarakat, sodara, terutama dilingkungan keluarganya masing masing untuk selalu mengawasi terutama anak anaka yang usianya menginjak akil baleg seperti pelajar yang sekarang ini kita berikan bimbingan.

“Kalau kita diam, mereka asumsikan bahwa agama yang dijadikan sebagai kedok itu semakin benar. Artinya kita semua harus lebih progresif, aktif untuk melawan dan mengawasinya. Bila perlu jika ada yang janggal langsung laporkan ke aparat polisi. Jika seluruh masyarakat aktif mengawasi tindakan yang mencurigakan akan mudah pasalnya golongan mereka kecil, Cuman memiliki kekompakan yang luarbiasa, jika dibiarkan mereka bisa menjadi besar.,” Ujar Anton.

Adanya sosialisasi dan pembinaan Intoleransi, mendapat tanggapan positif dari Kepala Sekolah SMP Negri 5 Kota Tasikmalaya,Yuyun yang didampingi Wakasek Humas Yayan Sofyan, ya sosialisasi dan pembinaan intoleransi terkait tindakan radikalisme teroris ini sangat baik dan bisa bermanfaat bagi anak anak didik.

Menurutnya, sosialisasi inteloransi ini tentu menambah semangat nasionalisme dan patriottisme para anak didik untuk selalu menjaga NKRI.

“Intinya kita semua orangtua, keluarga,  guru, Kepala Sekolah, pemerintah, TNI, Polri, tokoh agama, kiyai, LSM, Ormas dan juga semua lapisan masyarakat, harus turut andil dalam menyampaikan kepada anak anak didik sejak dini. Adanya sosialisasi inteloransi ini bagi kami guru, kepsek dan anak didik tentu menambah wawasan bagai mana untuk menjaga NKRI,” jelasnya.

Pembelajaran inteloransi ini  sebenarnya disekolah ada, bahkan sebelumnya sudah di integrasikan untuk dijadikan pembelajaran ini khususnya dengan PPK. Nilai utama di PPK juga ada yang namanya integrasi, termasuk tentang disiplin dan nasionalisme. Artinya rasa nasionalisme di lingkungan SMP Negri 5 ini secara langsung dan tidak langsung sudah terbiasa dengan cara saling menghargai dengan seksama dengan berbagai perbedaan dan ini semua bagian dari nilai di PPK dan ini diterapkan sejak adanya program nawa itan Jokowi.

“Adanya sosialisasi dan pembinaan yang dilaksanakan oleh pak Anto, tentu menjadi penguat untuk lebih yakin dalam penguatan kalakter yang ada didalam jiwa kita anak didik untuk selalu bersemangat dalam menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme,” pungkasnya. (Edi Mulyana)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *