KAB.TASIK (CM) – PT Kereta Api Indonesia (KAI Persero) telah menemukan sumber pendapatan yang andal selama pandemi melalui layanan angkutan barangnya yang terus meningkat.
Selain bisnis angkutan penumpang, KAI juga mengoperasikan layanan angkutan barang di Jawa dan Sumatera.
Menurut Drs. KH Acep Adang Ruhiat, M.Si, anggota DPR RI yang berbicara dalam acara sosialisasi BUMN di Aula Universitas Cipasung, Kecamatan Padakembang, Kabupaten Tasikmalaya, KAI memiliki kinerja angkutan barang yang terus meningkat pasca pandemi.
Adang Ruhiat menyatakan bahwa pada tahun 2022 hingga bulan November, angkutan barang KAI telah mencapai 52,6 juta ton, naik 14,1% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021 sebanyak 46,1 juta ton.
KAI melayani berbagai jenis komoditas angkutan barang, termasuk peti kemas, batu bara, semen, BBM, CPO, pupuk, retail, dan lainnya.
“Angkutan barang menggunakan kereta api memiliki keuntungan berupa ketepatan waktu, keamanan, kapasitas besar, bebas pungutan liar, dan dikelola oleh SDM yang profesional,” ujar Adang Ruhiat.
Dia menambahkan bahwa KAI akan terus berinovasi untuk meningkatkan volume dan kinerja angkutan barang menggunakan kereta api. KAI berharap dapat mengangkut 105 juta ton pada tahun 2027.
“Saat ini, KAI sedang menambah jumlah gerbong barang secara bertahap untuk mencapai target peningkatan volume tersebut. KAI juga terus mencari potensi komoditas dan relasi angkutan barang baru,” tambahnya.
KAI akan mengembangkan stasiun sebagai suatu ekosistem layanan untuk menyediakan jasa gudang transit berbasis rel, serta mengembangkan sistem aplikasi yang akan memudahkan KAI dan mitra untuk memantau data dan pergerakan barang secara real-time.
“KAI siap berkontribusi maksimal dalam mendistribusikan logistik nasional dengan selamat, lancar, dan efisien. KAI juga mendukung program pemerintah yang akan memberlakukan Zero ODOL (over dimension overload) pada awal 2023,” jelasnya.
Kebijakan ini diharapkan akan berdampak positif terhadap keselamatan masyarakat, terutama pengguna jalan.
“Angkutan barang KAI hadir untuk mendukung biaya logistik yang kompetitif dan mengurangi dampak eksternalitas seperti kemacetan, polusi, jalan rusak, serta meningkatkan daya saing global,” pungkas Adang Ruhiat.