KOTA BANDUNG (CM) – Perhelatan Jatira Bandung Soccer Club dihadiri oleh para “Sesepuh Pangeran Biru.”
Diberitakan sebelumnya, kompetisi Jatira Bandung Soccer Cup 2019 yang bertemakan Piala Manajer Persib, di Stadion Arcamanik Kota Bandung, Ahad (24/02/2019), berlangsung meriah.
BACA : Ketika Riuh Antusiasme Supporter di Penutupan Jatira Bandung Soccer Cup
Jatira sendiri merupakan bagian dari Asosiasi kota Bandung, yang beranggotakan 36 klub SSB, salah satunya ya klub yang menggelar turnmen ini.
SSB ini, memiliki banyak keunggulan dan agenda tersendiri. Salah satu keunggulan itu adalah dibina oleh mantan-mantan pemain Persib legendaris.
Sejumlah nama besar menjadi pengurus SSB ini, dan terlihat hadir menyaksikan kompetisi. Seperti Sujana yang juga sebagai Direktur Teknik, Agus Sofyan Sauri sebagai Ketua umum Jatira, dan Asep Saepudin sebagai Kepala Sekolahnya.
Para coach (pelatih) nya pun berasal dari Persib Legend, seperti Yayan Sundana, Sujana, Aceng Juanda, Suwita Patha, dan Dedi Haryanto.
Saat penutupan kompetisi, terlihat wjah-wajah mereka penuh semangat. Sepanjang kompetisi sepak bola berlangsung, tatapan mereka seperti menatap asa akan lahirnya para pahlawan sepak bola dimasa depan.
Suwita Patha, saat ditemui CAMEON disela kompetisi memaparkan secara langsung harapannya. Ia memimpikan, kompetisi semacam ini bisa menumbuhkan tunas-tunas baru pemain sepak bola.
“Tentunya yang bisa membanggakan negeri dan dapat lolos menjadi pemain tim nasional (Timnas),” katanya, di Stadion Arcamanik Kota Bandung, Ahad (24/02).
Eks kapten tim Persib Bandung ini menjelaskan, salah satu alasan digelarnya Jatira Bandung Soccer Club ini, Salah satu tujuannya adalah mempererat antar SSB, supaya lebih bergairah.
Ia juga berharap munculnya generasi penerus. “Mudah-mudahan kedepannya bermunculan pemain-pemain muda baru yang bisa mewakili Timnas,” imbuhnya.
Kompetisi ini diikuti oleh anak-anak usia belia dengan berbagai tingkatan usia. Kata dia, mendidik anak agar menjadi pemain sepak bola yang professional itu tidaklah mudah.
“Anak-anak masih seperti kekanak-kanakan, ujian yang utama adalah ujian kesabaran. Makanya, kesulitan yang utama selama saya menjadi coach bagi mereka adalah ujian kesabaran,” terangnya.
Kini Suwita mencintai dunia pendidikan untuk mencetak anak-anak berbakat. Sebagai seorang coach (pelatih), sambungnya, hal utama yang harus dipersiapkan adalah materi dalam pelatihan.
Kata dia, pelatih harus bisa memberikan edukasi, dan kedisiplinan itulah yang utama. Tidak kalah penting, anak-anak ini harus selalu rajin latihan.
“Saya bisa lolos menjadi pemain Persib juga berkat disiplin, cita-cita saya sejak kecil menjadi pemain bola dan akhirnya bisa lolos menjadi pemain Persib, ini tidak mudah karena banyak orang yang menginginkan menjadi pemain Persib namun berujung gagal,” ujarnya.
Di sela-sela wawancara terakhir, Suwita turut memberikan pesan-pesannya kepada para bobotoh. Ia mengatakan bahwa para bobotoh harus bersikap santun, menunjukkan jati diri sebagai pribadi yang sportif.
“Wajarlah pada setiap permainan ada menang, kalah, dan seri. Tapi harus ditanggapi dengan positif, jangan terjadi perusakan, para bobotoh juga harus dewasa dan menyikapinya dengan santun,” pungkasnya. (Intan)