CIAMIS (CAMEON) – Apa yang terpikir dengan lidi kelapa? Hanya sebatas sapu, atau bahkan dibuang begitu saja seperti halnya sering dilihat saat membuat kantong ketupat.
Tapi dengan tangan kreatif pasangan suami istri Susilawati (34) dan Sofyan (40), warga Desa Kutawaringin Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis, lidi tidak menjadi sampah. Malah, dari lidi inilah ada harta karun jutaan rupiah berhasil diraup.
Seperti siang itu, Susilawati dan Sofyan sedang menyulap lidi menjadi aneka bentuk. Beberapa jam saja, keduanya mampu menciptakan piring, topi, tempat buah dan lain-lain. Ya. Hanya berbahan lidi menjelma jadi barang-barang bernilai ekonomis.
Uniknya, aneka bentuk dan rupa lidi ini direspon pasar dengan sangat baik. Permintaan meroket. Susilawati dan Sofyan pun menambah tenaga dengan merekrut masyarakat sekitar untuk ikut bekerja.
Saat CAMEON berkunjung ke kediamannya, tampak Susilawati bersama beberapa warga sedang asyik membuat kerajinan berbahan lidi. Jari jemarinya cekatan menyulap lidi menjadi bentuk dan rupa lain yang aduhai.
Menurut Susi, awalnya kegiatan kerajinan lidi hanya sebagai pengisi waktu luang. Secara tidak sengaja, ia dan suaminya “Ngoprek” lidi saat warung yang mereka miliki sepi dari pembeli.
Sebelum menekuni kerajinan lidi ini, keduanya memang punya warung kecil di kampung tersebut. Namun karena perekonomian yang semakin sulit dan minimnya pendapatan dari warung, lambat laun warung mereka bangkrut.
“Usaha warung memang tutup. Tapi malah kerajinan lidi yang berjalan pesat. Sekarang kami merasa kewalahan dengan banyaknya pesanan dari berbagai daerah, sehingga kami harus menampung tenaga warga yang mau membantu usahanya,” beber Susilawati, belum lama ini.
Tak hanya mampu meraup omset lumayan, di daerahnya itu, pasangan suami istri ini mampu memberikan manfaat bagi sesamanya.
“Warga banyak yang membantu. Beragam, dari anak-anak, remaja hingga orang tua. Rata-rata warga memperoleh (duit) Rp 300.000 perbulan,” ujarnya.
Setelah memberikan manfaat pada sesama, keduanya pun berhimpun dalam organisasi agar semakin kokoh berdiri. Agar bisa memberikan manfaat lebih besar kepada banyak orang. “Kami bergabung dengan kelompok pengrajin anyaman Lidi Lestari,” ujar Susilawati.
Dalam sebulan, keluarga ini mampu meraih income bersih antara Rp 6 sampai 7 juta per bulan. Ini sebuah penghasilan yg sangat besar untuk ukuran warga kampung.
Tapi selama menggeluti kerajinan lidi ini, Susilawati dan suaminya bukan tidak menemui aral melintang. Kendala berupa sulitnya bahan baku dan rendahnya harga yang diterima pengepul masih dirasakan hingga kini.
“Saat kami butuh barang dan ambil ke pengepul biaya cukup mahal, tapi kalau kami yang menyetor ke pengepul biayanya sangat murah sekali,” keluh Susilawati. (MNS)