News

12 Tahun Usia KBB, Masyarakat Ingin Pemerintah Lebih Peduli

178
×

12 Tahun Usia KBB, Masyarakat Ingin Pemerintah Lebih Peduli

Sebarkan artikel ini

BANDUNG BARAT (CM) –Ketidakberdayaan ekonomi membuat sebagian keluarga di Kabupaten Bandung Barat (KBB) harus rela mendiami rumah yang hampir di semua sudut bangunan sudah mengalami kerusakan yang relatif parah.

Di kampung Cidadap RT 02 RW 12, Desa Padalarang, Kecamatan Padalarang KBB. Rumah yang di tinggalai Esih (45) nyaris roboh.

Bangunan berukuran 4×2,5 meter persegi, atap dan bagian samping yang terbuat dari bilik bambu pun kusam dan bolong-bolong. Dirinya tinggal bersama dua orang anaknya serta suaminya.

“Sudah 30 tahun saya disini, yang diganti hanya bambu bagian atas saja agar tidak roboh,” ujar Usih saat ditemui di kediamannya belum lama ini.

Menurutnya, rumah yang sangat sederhana itu dibangun dengan bahan utama berupa bilik bambu dilapisi papan plafon GRC agar tak terlalu terlihat rapuh dan mampu menahan angin sehingga kondisi rumah tak terlalu dingin.

Tidak hanya itu kata Usih, kebocoran kerap melanda di sebagian besar langit-langit rumah. Sedangkan saat musim kemarau, kotoran berjatuhan dari atap.

“Mau bagaimana lagi, ini yang harus saya terima,” kata Usih dengan nada sendu.

Usih mengaku sudah mengajukan agar kediamannya bisa segera diperbaiki. Namun, bertahun-tahun menunggu tidak ada tindak lanjut dari pihak terkait.

“Saya sudah lama mengajukan bantuan lewat ketua RW. Sudah puluhan kali difoto dan didatangi orang, katanya untuk persyaratan direnovasi, tapi sampai sekarang tidak ada,” ungkapnya.

Sementara itu, kondisi terparah menimpa ruangan yang ditempati keluarga Esih (70). Seperti pantauan Cakrawalamedia.co.id, kerusakan sangat parah bagian atapnya dan bagian samping sudah hampir ambruk serta lantai masih beralas kayu yang terbuat dari bambu.

Dalam kesehariannya dama menyambung hidup Esih hanya mengandalkan pemberian dari tetangganya yang tidak pernah pasti setiap hari selalu diberikan.

“Sadidinteun teu damel teu gaduh padamelaun, abdi nyalira didie teu aya caroge. Pendapatan disapasihan ku tatanggi we,” imbuh Esih.

Meskipun demikian Esih merasa bersyukur masih memiliki rumah. Walaupun dengan keadaan yang tidak layak untuk dihuni.

Dia beharap kepada pemerintah Kabupaten Bandung Barat, untuk lebih memperhatikan rakyatnya, “harapan emak mah ka pamarentah eta teu langkung bapa bupati (umbara) bade masihan naon. Bade bilik ge ditampi ku emak mah,” pungkas Esih. (agus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *