KOTA TASIKMALAYA, (CAMEON) – Anggota Komisi X DPR RI Ferdi Ferdiansah meminta Pemerintah Kota Tasikmalaya untuk berani mengembangkan sektor pariwisata di kota ini.
“Kami meminta Pemerintah Kota Tasikmalaya berani untuk melakukan kreativitas yang inovatif. Bukan hanya di bidang kuliner tetapi semua bidang (pariwisata),” tegasnya, disela brik pelatihan peningkatan SDM Masyarakat, di Ballroom Hotel Santika Tasikmalaya, Jumat (18/11/2016).
Dikatakan, keberanian Pemkot Tasikmalaya dalam meningkatkan sektor pariwisata ini sangatlah beralasan. Apalagi, Kota ini punya segudang potensi.
“Destinasi kepariwisataan untuk pengembangan Kota Tasikmalaya cukup banyak,” katanya.
Misalnya kuliner yang kaya dan banyak jenisnya. Lalu, atraksi-atraksi berupa acara dan pagelaran. Ini harus diadakan agar orang-orang mau datang ke Tasikmalaya.
“Sehingga ketika mereka datang ke Kota Tasikmalaya, mau lama tinggalnya. Tidak hanya dua hari saja,” imbuhnya.
Lebih jauh dikatakan, bagaimana caranya secara berkesinambungan dengan konsisten pemerintah harus mampu membuat inovasi baru. Itulah keuntungan bagi pemerintah Kota Tasikmalaya.
Lebih rinci ia menyebutkan contoh. Salah satu yang paling sederhana dan perlu dikembangkan, adalah kuliner asli khas Kota Tasikmalaya. Ini harus dikemas atau di tempatkan di tempat-tempat tertentu yang lebih layak seperti komplek yang bisa di jangkau oleh wisatawan.
Kemudian didaftarkan secara resmi, misalkan destinasi kulinernya yang asli khas Kota Tasikmalaya tutug oncom (TO). Nah itu langkah keberanian yang perlu dilakukan Pemkot.
“Segera mendaftarkannya ke Menkumham, supaya haknya paten,” sambungnya.
Kemudian payung geulis, kelom geulis, sandal tarumpah, anyaman mendong, batik dan bordiran. Bahkan, untuk bordiran, dia memberikam masukan.
“Motifnya harus berubah. Jangan gitu-gitu aja. Itu bisa bikin bosan. Gak aneh, gak menarik lagi, soalnya sudah terlalu monoton,” katanya.
Sebetulnya, kata Ferdi, masih banyak motif yang penting bisa kreati. Karena semuanya bisa diperbaiki atau dikemas dengan baik, dan jangan lupa harus di daftarkan ke Menkumham jadi hak paten jelas dan aman.
Jika sudah begitu, maka ketika ada yang berkunjung para wisatawan ke Kota Tasikmalaya ketika mau beli Batik hak patennya jelas, jadi mereka tidak hanya beli batik saja tetapi mereka tahu bahwa produksi batik hak patennya di Kota Tasikmalaya.
“Pokonya kami meminta semua prodak khas Kota Tasik harus di kemas dengan baik supaya memiliki nilai,” ujarnya.
Lebih jauh dikatakan, bagaimana supaya nilai jual batik dan yang lainnya memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ketika wisatawan beli mendong, batik dan kelom geulis, dia menyarankan, jangan hanya yang sudah ada atau sudah jadi batiknya.
Tetapi mereka harus tahu cara proses pembuatannya, batik dibuatnya seperti apa. Ini yang harus diperbuat sekarang ini.
Dari semua potensi itu, dia melihat, banyak dari konteks hitungan pejabat di Kota Tasikmalaya pesimis. Contoh misalnya pengembangan Situ Gede.
Padahal, Situ Gede kalau benar-benar di kemas, atau di buat cerita yang jelas, seperti cerita dulu sejarah Eyang Prabudilaya memiliki cerita menarik.
“Cerita apa yang bisa menarik para wisatawan datang. Ceritanya dan inovasinya apa. Kita harus buat supaya menarik, sehingga mereka merasa penasaran. Yang penting tidak merugikan orang,” bebernya. ( Edi Mulyana)