News

Tarian Disabilitas Meriahkan PWN 2025, Tasikmalaya Menuju Wisata Inklusif

951
×

Tarian Disabilitas Meriahkan PWN 2025, Tasikmalaya Menuju Wisata Inklusif

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIK (CM) – Ratusan pasang mata terpaku pada panggung utama di Mall Asia Plaza, Jumat 5 September 2025 malam. Kilau lampu sorot mengiringi gerakan 16 penari disabilitas yang tampil dengan penuh percaya diri.

Lenggok tubuh mereka menyatu dengan irama musik, menjelma bahasa universal yang menembus batas keterbatasan. Bukan sekadar tarian, penampilan siswa-siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) binaan Arin Juliana Apandi dari Paguyuban Pegiat Disabilitas Tasikmalaya (Papeditas) menjadi simbol harmoni budaya dan inklusi.

Tarian lintas budaya itu merangkai gamelan Jawa, Sunda, Bali, Nusa Tenggara Timur, hingga berakhir dengan sentuhan musik modern. Pertunjukan ini menjadi pembuka Launching Pasar Wisata Nusantara (PWN) 2025.

Momen tersebut meninggalkan kesan mendalam bagi Mona Yuli Arta Silaban, perwakilan Asisten Deputi Event Daerah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI.

Ia tampak terharu menyaksikan penampilan inklusif yang jarang muncul di panggung nasional.

“Jujur saya sangat terenyuh. Saya tahu ada usaha luar biasa dari pelatih dalam mendampingi para penari disabilitas. Ini pantas mendapat apresiasi setinggi-tingginya.

Jika pemerintah, stakeholder, dan masyarakat mendukung, saya yakin inisiatif ini bisa menjadi cikal bakal wisata inklusi,” ujar Mona.

Ia menambahkan, Tasikmalaya memiliki potensi wisata besar yang bisa dikembangkan melalui kolaborasi berbagai pihak.

“Kota ini berpeluang menjadi pionir wisata inklusif di Indonesia,” katanya.

Baca juga: Papeditas dan Mitigasi Inklusif: Dari Tasikmalaya untuk Indonesia Tangguh

Gagasan wisata inklusif mulai mengemuka seiring kesadaran bahwa pariwisata tidak hanya soal alam, kuliner, dan budaya. Keterlibatan penyandang disabilitas sebagai pelaku seni maupun pemandu wisata bisa memperkaya wajah pariwisata Indonesia.

Ervan Kurniawan, Founder Katara Tour, menilai penampilan tari disabilitas ini sebagai langkah visioner.

“Jika dikemas dengan seni yang melibatkan teman tuli dan tuna daksa, akan sangat unik. Bisa jadi satu-satunya di Indonesia yang benar-benar inklusif,” katanya.

Menurutnya, inisiatif ini bukan sekadar hiburan, melainkan bentuk pemberdayaan dan penguatan identitas pariwisata yang humanis.

Pasar Wisata Nusantara 2025 yang digagas Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kota Tasikmalaya menampilkan beragam potensi lokal.

Pameran payung geulis, batik sukapura, bordir, anyaman bambu, hingga kuliner nasi tutug oncom dan dendeng gepuk turut meramaikan acara.

Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, Tasikmalaya berpeluang besar mengukuhkan diri sebagai kota wisata inklusif pertama di Indonesia.

Sebuah kota yang tidak hanya dikenal dengan Gunung Galunggung dan Kampung Naga, tetapi juga sebagai ruang bagi semua kalangan untuk berkarya.

Launching Pasar Wisata Nusantara 2025 ini menegaskan bahwa pariwisata bukan hanya soal destinasi, melainkan juga nilai kemanusiaan, keberagaman, dan kebersamaan. Dari Tasikmalaya, sebuah harapan baru bagi pariwisata Indonesia lahir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *