News

Tagana Latih Relawan Hadapi Banjir, Simulasi Water Rescue di Sungai Ciwulan

214
×

Tagana Latih Relawan Hadapi Banjir, Simulasi Water Rescue di Sungai Ciwulan

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIK (CM) – Deru Sungai Ciwulan berpadu dengan suara pompa udara yang mengisi lima perahu karet di tepi aliran sungai. Puluhan relawan berbaju biru tua tampak sibuk mempersiapkan diri.

Mereka mengenakan helm pelindung dan rompi keselamatan, bersiap menjalani instruksi dari pelatih penyelamatan air profesional.

Inilah suasana kegiatan pelatihan water rescue yang diinisiasi Forum Komunikasi (FK) Tagana Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, bersama FK Tagana Kabupaten Ciamis.

Pelatihan berlangsung di Kampung Leuwibilik, Kelurahan Leuwiliang, Kecamatan Kawalu, sebuah lokasi yang strategis karena berada di tepi Sungai Ciwulan—salah satu sungai besar di Tasikmalaya yang rentan banjir dan kejadian orang hanyut.

Program ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan kapasitas dan kesiapsiagaan relawan kebencanaan di wilayah Priangan Timur, yang setiap tahun dihadapkan pada potensi banjir, khususnya saat musim hujan.

Berdasarkan data dari BPBD Kota Tasikmalaya, tercatat 13 peristiwa banjir sejak Januari hingga April 2025, dengan penyebab utama meliputi luapan sungai dan buruknya sistem drainase.

Baca juga: Dinsos PMD-P2A Kabupaten Tasikmalaya Apresiasi Kesiapsiagaan TAGANA

Ketua FK Tagana Kota Tasikmalaya, Saleh (37), menuturkan bahwa kegiatan ini tidak hanya fokus pada aspek teknis, tetapi juga sebagai wujud sinergi antardaerah.

Kegiatan ini bentuk kerja sama antara FK Tagana Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, serta Ciamis. Kami juga mengajak FAJI, Komunitas Republik Aer, dan Kamapala STIA Tasikmalaya untuk terlibat,” jelasnya.

Menurutnya, banyak relawan muda yang belum pernah terlibat langsung dalam latihan penyelamatan air. Melalui pelatihan ini, mereka diperkenalkan pada teknik dasar penyelamatan korban hanyut, pengenalan morfologi sungai, hingga strategi evakuasi di arus deras.

Banyak kejadian orang hanyut di Ciwulan dan Citanduy. Ini jadi alarm agar relawan kita punya skill lapangan yang mumpuni,” tambah Saleh.

Ia menekankan pentingnya membangun jaringan komunikasi antarkomunitas agar respons terhadap bencana bisa lebih cepat dan terorganisir.

Salah satu peserta, Asep, relawan dari Cisayong, mengaku pelatihan ini membuka wawasannya.

Kalau tidak tahu tekniknya, kita bisa ikut jadi korban. Di sini kita belajar mengenali arus, strategi penyelamatan, sampai cara kerja tim di lapangan,” ujarnya dengan antusias.

Selama pelatihan, para relawan dibekali pemahaman tentang sistem komando di lapangan, penggunaan alat keselamatan, manuver perahu di sungai deras, dan prosedur penanganan korban dalam berbagai skenario.

Sebagai bagian dari jaringan relawan di bawah Kementerian Sosial, Tagana memiliki peran strategis dalam penanggulangan bencana nasional, mulai dari tahap mitigasi hingga pemulihan.

Menurut Saleh, kemampuan teknis seperti penyelamatan di air menjadi keahlian wajib, sejajar dengan penanganan logistik maupun trauma healing.

Tagana harus serba bisa, termasuk dalam asesmen bencana dan distribusi bantuan. Kami ada di garis depan saat situasi darurat terjadi,” tegasnya.

Meski bersifat simulatif, pelatihan ini mengemban misi besar: menciptakan relawan tangguh dan adaptif yang mampu menjadi penggerak edukasi kebencanaan di tengah masyarakat.

Terlebih dengan ancaman bencana yang semakin kompleks akibat perubahan iklim, penguatan kapasitas semacam ini menjadi kebutuhan mendesak.

Wilayah Tasikmalaya dan Ciamis yang rawan bencana hidrometeorologi memerlukan relawan yang tidak hanya siap secara fisik, tetapi juga memiliki keterampilan teknis tinggi dan jejaring sosial yang kuat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *