News

Solusi Untuk Kontrak TPA Sarimukti Yang Berakhir 2017

229
×

Solusi Untuk Kontrak TPA Sarimukti Yang Berakhir 2017

Sebarkan artikel ini
Solusi Untuk Kontrak TPA Sarimukti Yang Berakhir 2017

CIMAHI, (CAMEON) – Masa kontrak kerja sama pembuangan sampah antara Pemerintah Kota Cimahi dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat akan berakhir tahun 2018.

Dengan habisnya masa kontrak tersebut, maka Kota Cimahi harus memiliki opsi baru untuk membuang sampah. Opsi terbaru diungakapkan Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Cimahi, Benny Bachtiar.

Ia mengatakan, Pemkot Cimahi saat ini sedang menggodog pola pengelolaan yang diterapkan oleh Kota Makasar. Menurutnya, pola pemilahan sampah yang sudah diterapkan oleh Makasar bisa mengatasi permasalahan sampah.

“Insyaalloh, kita akan mencoba melakukan pola di Makasar. Makasar itu mereka melakukan pengolahan sampahnya sampai zero persent di rumah tangga,” kata dia, Kamis (24/11/2016).

Dengan demikian, kata Benny, kalaupun ada sampah yang tersisa itu hanya berkisar 2% saja. “Jadi, pembuangan sampah ke TPA bisa di tekan 98%,” ucapnya.

Ia menjelaskan, penerapan pola pemilahan sampah yang diterapkan di Makasar itu dilakukan dari tingkat rumah tangga, RT, RW hingga kelurahan. Jadi, pola pemilahan sampahnya diserahkan kepada masyarakat.

“Insyaalloh kami akan mengikuti pola tersebut,” katanya.

Penerapan pengolahan sampah dengan cara dipilah, kata dia, secara langsung akan berdampak juga terhadap perekonomian masyarakat. Terutama para kolektor sampah atau pemungut sampah.

“Nah, ini yang sedang kita godog bersama-sama dengan KLH (Kantor Lingkungan Hidurp dan DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan,” tandas dia.

Ditegaskan Benny, opsi pengolahan sampah seperti yang diterapkan di Makasar merupakan opsi pertama untuk mengantisipasi habisnya masa kontrak dengan TPA Sarimukti 2018 mendatang.

“Solusi pertama, opsi ini yang harus jadi, karena solusi lain berbiaya tinggi,” tegasnya.

Perihal lahan, Ia mengatakan opsi tersebut memang dipastikan membutuhkan lahan, tapi menurutnya tidak terlalu besar ukurannya.

“Lahan tidak begitu besar, ini yang sedang kita pikirkan,” kata dia.

Opsi lain yang sempat digaungkan sebelumnya adalah membuang sampah ke TPA Lego Nangka, Nagreg, Kabupaten Bandung.

Namun, untuk mengirim sampah dari Kota Cimahi ke TPA Legok Nangka diprediksi anggarannya akan lebih besar dibandingkan membuang sampah ke TPA Sarimukti.

Alasannyan, jarak dari Cimahi ke TPA Legok Nangka, Kab. Bandung lebih jauh. Selain itu, akses jalan yang dilalui juga lebih banyak. Seperti harus lewat tol. Otomatis hal kondisi tersebut akan membuat anggaran lebih membengkak.

“Kami sudah menghitung bilamana membuang ke Nagreg (TPA Legok Nangka), itu ternyata anggaran membengkak 6 kali lipat,” ungkap Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kota Cimahi, Aris Permono.

Jauhnya jarak tersebut menurut Aris, akan berpengaruh pada penumpukan sampah di Cimahi nantinya. Pasalnya, jika sekarang dalam sehari bisa mengangkut sampah sebanyak tiga kali, namun ke TPA Legok Nangka kemungkinan tidak akan sebanyak itu.

“Biasanya ke Sarimukti bisa buang dalam sehari 3 kali, kemungkinan kalau ke Legok Nangka tidak mungkin,” katanya.

Terlebih jika hari-hari besar, seperti malam tahun baru dan Idul Fitri. Penumpukan sampah biasanya terjadi. Jika membuang sampah ke Legok Nangka juga diprediksi akan terhambat. Penyebabnya, biasanya jika hari-hari besar, kemacetan akan terjadi.

“Kalau kami tidak bisa buang sampah ke Legok nangka pada hari hari itu (hari besar), berarti terjadi penumpukan sampah di Cimahi,” katanya.

Opsi selanjutnya yang sempat mencuat adalah dengan membuat teknologi pengolahan sampah. Menurut Aris, hingga kini sudah ada sekitar 12 investor yang tertarik membangun teknologi sampah di Cimahi.

“Sudah ada 12 investor dari luar negeri. Dari 12 baru 4 (empat) yang sudah persentase, jadi ini masih sisa 8 (delapan). Kami lagi mencari dari 12, mana yang menguntungkan Kota Cimahi,” ungkap Aris.

Namun, kata Aris, dari investor yang sudah tertarik membuat pengolaha sampah di Cimahi, semuanya membutuhkan lahan mencapai dua hektar. Hal tersebut dikatakannya menjadi permasalahan yang harus dituntaskan.

“Mudah-mudahan kami bisa mendapatkan tanah 2 hektare,” ucap Aris.

Lalu, dari beberapa opsi yang sudah digaungkan, opsi manakah yang akan dipilih dan bisa mengatasi permasalahan sampah di Kota Cimahi? (Rizki)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *