News

Seiring Berkembangnya Zaman, Budaya Lokal di Tasik Mulai Terkikis

323
×

Seiring Berkembangnya Zaman, Budaya Lokal di Tasik Mulai Terkikis

Sebarkan artikel ini

KOTA TASIKMALAYA (CM) – Di era millenial seperti saat ini, tak sedikit generasi muda yang lebih memilih budaya-budaya barat ketimbang mempertahankan budaya asli daerah. Akibatnya, keberadaan ragam budaya lokal yang menjadi harta tak ternilai bagi suatu daerah itu kian terkikis seiring berkembangnya zaman.

Tak terkecuali seni-seni tradisional seperti reog dog-dog, degung, dan tari jaipong. Eksistensi mereka dizaman sekarang kian kelam lantaran makin sedikitnya minat dari generasi muda yang sejatinya menjadi penerus pelestari budaya lokal.

Menurut Kepala Dinas Pemuda Olahraga Kebudaan dan Pariwisata (Disporabudpar), Kota Tasikmalaya, Hadian, mengatakan, keadaan itu terjadi lantaran tidak adanya transfer yang berkelanjutan dari para pelaku seni daerah kepada generasi muda.

“Sampai-sampai, banyak anak muda yang tidak tahu dengan yang namanya Pupuh, padahal itu salah satu seni tradisional kita,”ujar Hadian saat menghadiri acara Pelantikan Pengurus Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PaSKI) di Sembada Meeting Room, Hotel City, Kota Tasikmalaya. Minggu (23/09/2018).

Yang anak muda tahu saat ini, sambung Hadian, adalah budaya-budaya asing seperti K-Pop, break-Dance, dan Beatbox. Padahal, jika keadaan itu terus dibiarkan, menurutnya bisa dipastikan kedepan masyarakat di Jawabarat akan kehilangan harta kebudayaan yang dimilikinya.

Maka dari itu, ia mengaku saat ini pihaknya tengah berusaha untuk mengembalikan minat masyarakat khususnya kaum muda terhadap kesenian-kesenian daerah melalui berbagai event-event yang menyajikan kesenian tradisional, salah satunya gelar budaya. “Jadi kita perkuat dengan itu. Bahkan rencananya, kedepan kita akan membentuk perda tentang kebudayaan,” tandasnya. (Andriansyah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *