BANDUNG BARAT, (CAMEON) – Akhir-akhir ini, netizen dihebohkan dengan keindahan alam seperti kawasan Belitong dalam sekuel laskar pelangi. Yang membuat heboh, lokasi ini masih berada di kawasan Bandung Raya.
Seperti diketahui, sejak novel Andrea Hirata yang berjudul Laskar Pelangi, diangkat dalam sebuah film dengan mengambil lokasi di sekitar pantai Belitong, obyek tersebut kian dikenal masyarakat.
Keindahan pantai di film tersebut cukup mempesonakan mata sehingga para turis domestik penasaran ingin membuktikan keindahan pantai secara langsung. Sementara bagi kami terlalu jauh untuk pergi ke sana.
Lokasi wisata yang dimaksud ini memang belum sepopuler Laskar Pelangi. Apalagi lokasinya yang tidak mudah dijangkau oleh kaki telanjang.
Letaknya di kawasan Waduk Saguling, milik PT. Indonesia Power. Kawasan “surga alam” ini tak jauh dari mega proyek listrik nasional.
Mengawali perjalanan, bisa diawali dari patokan kantor pusat perkantoran PT. Indonesia Power tepatnya di Desa Rajamandala Kulon Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat (KBB), lokasi ini masih cukup jauh.
Dari sini, obyek wisata yang dituju harus ditempuh dengan berjalan kaki menyusuri jalan setapak. Perlu waktu sekitar tiga atau empat jam untuk sampai lokasi ini.
Sejujurnya, jika ingin menyaksikan pesona tempat ini perlu perjuangan hebat. Mencapai lokasi, tidak bisa dengan kendaraan bermotor.
Mau mencapai lokasi ini harus turun naik menempuh perjalanan yang cukup melelahkan. Akan banyak lintasan terjal, perkebunan yang banyak rumput besar, tidak jarang semak belukar harus siap dilalui.
Meski perjalanannya disesaki terjal, namun sepanjang perjalanan Anda akan menikmati udara yang segar. Tidak ada polusi, tidak ada suara meraung-raung kendaraan. Hanya cicit burung, suara jangkrik dan kesenyapan yang mengiring setiap langkah.
Setelah sampai di sana, para penikmat alam akan melupakan penat dan capenya perjalanan. Panorama alamnya yang mirip di Pantai Belitong Bangka akan membayar semua peluh dan keringat selama perjalanan.
Setelah sekitar tiga jam melakukan perjalanan, tibalah Anda pada sebuah tempat yang selama ini menjadi pembicaraan di dunia maya. Wow, benar saja, dijamin mata anda akan terbelalak dibuatnya.
Obyek Wisata “Belitong Bandung Barat” ini dikenal dengan Sanghyang Heuleut. Keindahan kawasan ini seperti lukisan alam naturalis yang sempurna.
Keindahan Sanghyang Heuleut ini bisa sedikit tergambar dari Laskar Pelangi. Di sini, akan ditemukan sebuah sungai, mirip danau kecil dengan airnya yang jernih. Air sungai itu berwarna kehijau-hijauan sebagai efek dari lumut yang tumbuh di dalam sungai tersebut.
Sekeliling sungai itu berdiri kokoh bebatuan berujung lancip dan menjulur ke mulut sungai. Warna bebatuannya keputih-putihan cukup kontras dengan warna air sungai.
Menyaksikan ini, siapapun akan terpaku menikmati pemandangan di sekitar Sanghyang Heuleut. Kawasan yang belum banyak dijamah oleh manusia ini seperti perawan yang masih lajang.
Penasaran dengan nama Sanghiyang Heuleut, saya coba menghampiri seseorang yang berada di sekitar situ. Kebetulan Atep Risto, demikian nama orang itu mengaku sebagai warga sekitar, memberikan informasi tentang asal mula Sanghyang Heuleut.
Menurut Atep Risto, tempat tersebut sudah ada sejak lama. Namun, mulai dikenal setelah diangkat ke media sosial. Belum lama ini ada banyak anak muda yang datang ke sana, kemudian menguploadnya di dunia maya.
“Baru ramai sekarang katanya. Padahal, sejak dia kecil, tempat itu sudah sering dijadikan tempat berenang anak-anak,” ungkapnya.
Dia mengakui, tempat ini memang tidak ada yang mengurus. Apalagi ada kepercayaan masyarakat setempat, orang yang mau ke Sanghyang ini harus punya mental berani.
“Kalau mau ke Sanghyang Heuleut selalu ditakut-takuti. Makanya jarang ada yang berani. Baru sekarang saja mulai ramai,” katanya.
Ia menjelaskan, nama dari Sanghyang Heuleut berasal dari Bahasa Sunda. Sanghiyang artinya tempat yang suci. Heuleut artinya sela diantara dua waktu.
Konon, Sanghyang Heuleut itu menurut kepercayaan warga setempat, sebagai mandinya para bidadari. “Warga di sini mempercayai kalau tempat ini, sebagai tempat turunnya Dayang Sumbi mengambil air minum, mandi dan mencuci,” terangnya.
Mitos itulah yang kemudian mempengaruhi warga sekitar, enggan ke tempat tersebut. Terlebih untuk mencapai lokasi tersebut, akses jalannya cukup sulit.
Orang yang mau ke kawasan ini harus melewati sungai dengan bebatuan yang besar dan hutan yang lebat. Perjalanan yang tidak mudah dan penuh perjuangan.
“Tapi kalau ada yang mau ke sini agar menghormati kearifan lokal. Kawasan ini banyak disertai mitos. Kalau mau ke sini jangan merusak alam, apalagi berani membuang sampah sembarangan,” tandasnya. cakrawalamedia.co.id (nta)