BANDUNG, (CAMEON) – Ada pemandangan yang berbeda di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK) Bandung. Ada sekitar 30 lukisan bertema wayang terpanjang di setiap dinding gedung kesenian.
Bentuk lukisannya sedikit berbeda. Tidak seperti lukisan wayang pada umumnya. Seperti pada lukisan Arif Yuristiawan yang menggambarkan lukisan wayang kekinian. Ada banyak lukisan berwajah wayang tapi dengan bentuk metropolitan. Seperti, seorang wayang yang sedang menyanyi tapi tidak lagi menggunakan pakaian jawa pada umumnya.
Wayang perempuan yang dilukiskan hanya menggunakan pakaian setengah dada dengan rok mini. Sambil memegang microphone untuk menyanyi.
Lalu pada lukisan Edo Sahir, yang menuangkan lukisan dengan tema hitam dan putih. Ketika latar yang digunakan hitam, Edo hanya menggunakan kapur untuk menyampaikan lukisannya. Begitu juga dengan latar belakang putih, Edo hanya menggunakan spidol sebagai medianya.
Sementara, menurut salah satu seniman yang ada, M. Tavip, pameran ini sengaja mengangkat kesenian khas Jawa Barat. ”Tema yang diangkat adalah Kalangkang: Jejak Ekspresi Lima Perupa,“ ungkap pria yang karyanya dipamerkan, Sabtu (29/10).
Kata dia, pameran tersebut mengangkat tentang umbra dan penumbra. Sebagai mana yang diketahui, umbra merupakan bayangan intiyang berada di tengah. Warnanya begitu gelap, akan terlihat ketika gerhana bulan.
Lanjut dia, penumbra adalah bayangan kabur yang terjadi saat gerhana. ”Dengan kata lain, penumbra terjadinya bayangan pada benda gelap,” ungkapnya.
Dia menjelaskan, wayang yang dirinya pamerkan berupa wayang yang telah dibuat dari beberapa mika. Ada banyak tokoh yang dibuat olehnya. Akan tetapi, wayang yang dinamai sebagaimana namanya itu disajikan dengan musik sebagai mana wayang pada umumnya.
”Cara mainnya sama kaya wayang biasa, tapi waktunya harus dimatikan terlebih dahulu,” jelasnya.
Cerita yang dijadikan pun sama dengan cerita pada umumnya. Wayang yang dirinya buat ini terinspirasi dari bahan mika yang di sebuah fotokopian. Di tambah lagi, dengan pembuatan wayang yang saat ini dianggap lama. Sehingga, wayang tavif ini menjadi alternatif wayang pada umumnya.
”Untuk waktu pameran sendiri, sudah dibuka sejak Rabu (26/10) lalu. Tapi, pengunjung masih bisa menikmati sensasi wayang umbra dan penumbra hingga Senin (31/10), mendatang,” pungkasnya. (Nta)





