News

Said Aqil Siroj: Spirit Nasionalisme Harus Terus Digelorakan

170
×

Said Aqil Siroj: Spirit Nasionalisme Harus Terus Digelorakan

Sebarkan artikel ini
Said Aqil Siroj Spirit Nasionalisme Harus Terus Digelorakan
Para Santri sedang memperingati Hari Santri Nasioanal di Lapangan Dadaha Kota Tasikmalaya (22/10/2018)

KOTA TASIKMALAYA (CM) – Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH Said Aqil Siroj M.A menegaskan bahwa santri memegang amanat yang sangat berat namun mulia, yaitu amanat negara dan amanat agama.

“Santri harus siap mengemban amanat yang sangat berat namun mulia. Yakni amanat agama, ahli sunnah waljamaah serta amanat wathoniyah, amanat negara republik Indonesia,” kata Kiai Said, saat ditemui disela peringatan hari santri di Lapangan Dadaha Kota Tasikmalaya, Senin (22/10/2018).

Dikatakan, para santri memiliki history yang tak bisa dipisahkan dalam perjalanan republik ini. “Spirit Nasionalisme, bagian dari iman, hobbul wathan iman, perlu terus digelorakan,” imbuhnya.

Lebih jauh, Kiai Said menyebutkan contoh kiprah para santri dan ulama terdahulu. Di Tasikmalaya misalnya, KH Zaenal Musthafa. Pahlawan Nasional ini adalah salah satu ulama panutan Tasikmalaya yang memberikan keteladanan jihad.

Pahlawan dari Pondok Pesantren Sukamanah Singaparna ini adalah tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia. Sekitar tahun 1940-an, KH Zaenal Musthafa melakukan perlawanan kepada Jepang. Ia pun diberikan hukuman mati.

Ibarat peribahasa, satu gugur maka ribuan akan terlahir. Generasi pejuang baru yang melanjutkan semangat KH Zainal Musthofa tak terbendung.

Beliau, kata Kiai Said, telah membangkitkan semangat nasionalisme dan patriotisme masyarakat kala itu. “Berjuang sampai titik darah penghabisan,” jelasnya.

Ia mengatakan, eksistensi gerakan santri di Indonesia telah terbukti dan teruji dalam mengawal negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tak hanya mempertahankan kemerdekaan, para santri dan ulama telah berjuang sebelum Indonesia ini merdeka.

Dan, salah satu aksi heroik ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan adalah ketika peristiwa 10 November 1945 di Surabaya. Tanggal itu belakangan kita kenal dengan hari pahlawan.

Ternyata fakta sejarah berbicara. Beberapa pekan sebelum pertempuran Surabaya itu, ulama tampil menjadi pembakar semangat.

“Tanpa resolusi jihad NU, tidak akan pernah ada peristiwa heroik perlawanan rakyat 10 November 1945. Bahkan yang ngebom (saat itu, Red) Brigjen Mallaby itu santri asal Tebuireng, bukan TNI. Namanya Harun,” tegas Kiai Said. (Sep)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *