JAKARTA (CAMEON)– Adanya kegiatan tambang bawah tanah dengan metode blok caving yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia beresiko tinggi. Hal tersebut diungkap oleh Pakar pertambangan ITB Ridho K Wattimena.
“Metode block caving seperti yang digunakan Freeport memang membutuhkan biaya besar rata-rata 10-20 miliar dolar AS,” kata Ridho di Jakarta (24/5/2017).
Diakui olehnya, penambangan tidak boleh terhenti. Sebab, akan meningkatkan tegangan dan bisa mengakibatkan runtuhnya terowongan.
Menurut dia, pada tahap pengembangan karena harus membuat terowongan panjang dengan memakan waktu yang cukup panjang. Dia menaksir pada tahap tersebut membutuhkan waktu 15-20 tahun dengan belanja modal hingga 70 persen. Di mana jumlah tersebut belum termasuk produksi.
Guru Besar Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan ITB itu mengatakan bila kegiatan tambang bawah tanah terhenti, maka cadangan bisa hilang. Sehingga, perusahaan akan mengalami kerugian triliunan rupiah.
“Terhentinya kegiatan tambang bawah tanah dapat menyebabkan kerusakan terowongan akibat konsentrasi tegangan dalam waktu yang lama,” jelasnya.
Pada 2011, risiko itu pernah terjadi. Saat itu Freeport harus kehilangan 20 persen cadangan. Serta berdampak pada mogok kerjanya para pekerja.
Dalam kesempatan tersebut pihaknya berharap pemerintah dapat mengambil kebijakan lainnya. “Serta pemerintah dapar renegosiasi antara pemerintah dan Freeport,” jelasnya.
Dia menegaskan, paling penting jangan sampai potensi deposit di Freeport tidak dimanfaatkan sepenuhnya.
Dia mengungkap metode block caving di tambang Freeport menjadi satu-satunya di Indonesia. metoda itu pada dasarnya memanfaatkan sifat batuan yang dapat ambruk (cave) jika batuan di bawahnya diambil.
Metoda block caving dilakukan dengan menggali terowongan menuju tempat cadangan bijih mineral. Lalu, meledakkan bagian bawah badan bijih. Sehingga, blok bijih mengalami keruntuhan.
“Kemudian batuan disalurkan secara bertahap lewat jalur terowongan yang sudah dibuat,” terangnya.
Ruang kosong dalam proses “removed” memungkinkan gravitasi untuk memaksa badan bijih turun ke bawah. Tantangannya adalah kestabilan batuan yakni ketika meledakkan badan bijih. Maka batuan harus tetap dijaga keseimbangannya supaya terowongan tak runtuh.
Ia mencontohkan kecelakaan tambang di Northparkes, Australia yang menyebabkan empat pekerja meninggal dunia. Risiko lain adalah runtuhnya terowongan akibat aktivitas seismik.
“Para pekerja tambang underground pun, harus terhindar dari bahaya luncuran lumpur yang dapat menimbunnya di bawah tanah,” pungkasnya. (Putri)