BANDUNG, (CAMEON) – Dari sepanjang 2016 kejadian bencana yang ada di Indonesia, sebanyak 40 persennya terjadi di Propinsi Jawa Barat. Dari data yang dimiliki oleh Badan Geologi, dari 176 kasus pergerakan tanah, sebanyak 87 kasus terjadi di Jawa Barat. Lalu, korban meninggal mencapai 76 orang dan sebanyak 1.000 rumah rusak parah.
Menurut Kepala Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Minera Ego Syahrial, pada bulan November 2016 khusus untuk Bandung Raya terdapat 10 kecamatan rawan pergerakan tanah yang berpotensi menimbulkan banjir bandang. ”Untuk Kabupaten Bandung berpotensi di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Ibun, Anjarsari, Cimaung dan Banjaran,” ungkap Ego kepada wartawan ketika ditemui di kantornya, Kamis (10/11).
Lalu, untuk Kota Bandung berpotensi di satu kecamatan di Kecamatan Cidadap. Selanjutnya di Kota Cimahi yang sangat bepotensi yakni di Kecamatan Cimahi Utara. Terakhir, Bandung Barat berpotensi di Kawasan Bandung Utara (KBU), yaitu Kecamatan Parompong, Cisarua dan Lembang.
Lalu untuk Kabupaten Sumedang dan Pangandaran tercatat sebagai wilayah yang sangat berpotensi cukup tinggi untuk bencana pergerakan tanah. Sementara untuk Kota Depok, Bekasi dan Bogor cukup minim mengalami pergerakan tanah.
Dilihat dari cuaca, saat ini curah hujan di Jawa Barat terutama bagian Selatan memiliki curah hujan yang lebih 500 milimeter per m2 . Hal ini pula yang menyebabkan beberapa wilayah di Jawa Barat sangat rawan bencana. Terutama Banjir dan Longsor.
Lanjut dia, saat ini tercatat 13 sungai yang mengalami pendangkalan dan penyempitan. Hal ini pula yang menyebabkan wilayah penampung air kurang berfungsi dengan baik untuk menangani banjir. Saat ini pihaknya, akan menggandeng Pemerintah Daerah (Pemda) terutama wilayah yang rawan bencana untuk melakukan antipasti bencana yang ada.
”Pemda dan masyarakat harus turut serta andil dalam antisipasi bencana ini,” katanya.
Dalam peluncuran buku peta rawan bencana yang diluncurkan oleh Badan Geologi, diharapkan, Pemda yang ada di Jawa Barat bisa menindaklanjuti lebih jauh. Dirinya mencatat, sepanjang tahun 2005 hingga 2015, terdapat sebanyak 1.600 kasus bencana yang terjadi.
”Jumlah tersebut jumlah yang cukup banyak sepanjang data yang ada. Untuk itu, semua pihak harus segera melakukan tindakan,” ucapnya.
Sementara, Kepala Subbidang Evaluasi Bencara Gempa dan Gerakan Tanah pada PVMBG Agus Budianto mengatakan, saat ini di wilayah Bandung Barat tercatat memiliki tanah vulkanik yang artinya dapat dengan mudah mengalami longsor. ”Akan tetapi, hal tersebut bisa disiasati dengan mengalihkan aliran air tanah di suatu daerah,” jelasnya.
Pengalihan aliran air tanah ini, sangat bagus dilakukan di wilayah yang memiliki tanah yang gembur. Teknik seperti ini, ungkap dia, masih belum banyak dilakukan oleh masyarakat. Butuh pemahaman yang lebih lanjut lagi, baik itu dari pemerintah atau masyarakat setempat.
Diakui olehnya, masalah longsor dan pergerakan tidak bisa diprediksi. ”Minimalnya kita bisa meminimalisir korban dengan rekayasa tersebut,” pungkasnya. (Putri)