JAKARTA, (CAMEON) – Sejumlah publik figur mengucapkan Hari Guru Nasional yang jatuh pada 25 November. Ada sang motivator Mario Teguh, anggota DPD RI Fahira Idris, penceramah Subki Albughury, hingga grup band Sheila On 7. Band asal Yogyakarta itu sampai membuat meme berseragama SMA.
Dalam cuitannya, Sheila On 7 menulis, “Selamat Hari Guru Nasional 2016. Guru & Tenaga Kependidikan Mulia Karena Karya.”
Sedangkan akun @marioteguh berharap agar semua guru diganjar oleh Tuhan dengan kesejahteraan di dunia dan villa yang asri di Surga. “Selamat Hari Guru,” tulisnya, Jumat, 25 November 2016.
Penceramah Subki Albughury mengatakan, Nabi Muhammad Saw adalah maha guru yang wajib dijadikan teladan. Beliau mengajar manusia untuk mendapat kebahagiaan dunia dan surga akhirat.
Jika kebodohan adalah kegelapan, guru adalah cahaya penghalau gelap. Begitu kata anggota DPD RI, Fahira Idris. “Selamat Hari Guru u/ seluruh guru tersayang di Indonesia. Terima kasih banyak atas pengabdianmu yang luar biasa,” ujarnya.
Mantan Mendikbud, Anies Baswedan, pun menulis, “Guru adalah saksi dini atas masa depan yang terefleksi di wajah-wajah muridnya. Guru adalah pelukis masa depan bangsa. Selamat Hari Guru.
Ucapan Selamat Hari Guru pun dilayangkan akun Kemdikbud RI. Selain berterima kasih, dalam cuitannya ia mengajak masyarakat untuk menghormati guru.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Salam, mengatakan, tidak ada alasan untuk tidak menghormati guru. Menurutnya, guru adalah insan pendidikan yang mengabdikan dirinya untuk kemajuan bangsa.
Ia menegaskan, guru adalah pahlawan. Mereka menghabiskan waktu dan pikirannya untuk kemajuan pendidikan. Muhadjir berharap, setiap guru senantiasa ikhlas dalam bekerja dan tak berhenti meningkatkan kualitas diri.
Sejak 1994, pemerintah meresmikan bahwa 25 November sebagai Hari Guru Nasional. Itu ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994. Tanggal 25 November itu dipilih sebagai Hari Guru Nasional, karena pada tanggal itu, tepatnya 25 November 1945, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) berdiri.
Sebelumnya, 24 s.d. 25 November 1945, digelar Kongres Guru Indonesia, di Surakarta. Dalam kesempatan itu, para peserta kongres sepakat untuk menghapus semua organisasi dan kelompok guru yang berbeda-beda latar; daerah asal, agama, dan suku. (pey)
