KAB TASIKMALAYA (CM) – Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana mengembangkan klaster peternak telur ayam di sejumlah daerah yang memiliki potensi produksi telur. Daerah yang dipilih salah satunya adalah Kabupaten Tasikmalaya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jabar, Jafar Ismail mengatakan, pengembangan klaster peternak telur dilakukan untuk meningkatkan produksi telur ayam di Jabar. Sebab, saat ini produksi telur ayam dari peternak di Jabar baru bisa memenuhi sekira 37 persen dari kebutuhan masyarakat di Tanah Sunda itu.
“Angka kebutuhan telur kita 498 ribu ton per tahun. Sementara produksi kita baru memenuhi 188 ribu ton,” katanya usai melakukan audiensi dengan para peternak telur di Pendopo Tasikmalaya, Rabu (01/07/2020).
Karena itu, Pemprov Jabar berencana mengembangkan klaster-klaster peternak telur di beberapa wilayah. Sejauh ini, klaster peternak ayam telah dikembangkan di Kabupaten Ciamis. Ia menyebut, saat ini klaster peternak di Kabupaten Ciamis telah memroduksi telur ayam hingga 12 ribu ton per bulan.
Menurut ia, pada tahun ini rencanannya dikembangkan juga klaster peternak ayam di Kabupaten Tasikmalaya. Namun, rencana itu mesti tertunda lantaran anggaran yang ada di dinas mesti dialihkan untuk penanganan Covid-19.
“Karena anggaran digunakan untuk penanganan Covid-19, kita tunda itu jadi 2021. Ini diharapkan bisa mebambah produksi telur di Jabar,” tuturnya.
Pengembangan klaster peternak tak hanya dilakukan di Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Ia menyebut, Pemprov Jabar juga akan mengembangkan klaster serupa di kabupaten lainnya.
Jafar mengatakan, terdapat beberapa penyebab produksi telur ayam di Jabar belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Pertama, harga telur tidak stabil. Akibatnya, modal peternak untuk kembali melakukan produksi jadi terkendala.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum mengatakan, banyak pengusaha telur di Priangan Timur mengeluh harga telur yang tidak sesuai harga produksi, baik dari segi pembiayan buruh, pakan, dan obat. Padahal, menurut dia, saat ini harga telur sedang tinggi. hal itu tak juga membuat ongkos produksi terpenuhi.
“Pemprov akan intervensi terhadap situasi ini. Apalagi kita membutuhkan pengusaha telur di jabar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Jabar,” terangnya.
Menurut Uu, saat ini baru 37 persen kebutuhan telur masyarakat Jabar yang terpenuhi dari produksi lokal. Untuk memenuhi kekurangannya, para pedagang banyak yang mengambil pasokan telur dari daerah lain. Itu dinilai merugikan ekonomi di Jabar, sebab uang juga berputar ke daerah lain.
“Supaya uang tetap beredar di Jabar, tidak keluar ke daerah lain, maka kita akan penuhi produksi telur untuk masyarakat Jabar,” tambah Uu.
Ia mengatakan, Pemprov Jabar akan memberikan bantuan khusus untuk peternak di Kabupaten Tasikmalaya sebayak 20 ribu pullet atau ayam petelur pada 2021. Selain itu, pihaknya juga akan membantu biaya pakan dan obat-obatan kepada para peternak selama tiga bulan. Diharapkan, dengan bantuan itu, produksi telur dari Jabar bisa terdongkrak.
Uu mengajak agar para peternak telur membuat sebuah paguyuban, baik dalam bentuk koperasi atau lainnya yang memiliki legalitas, untuk mendapatkan bantuan. Dengan begitu, penyaluran bantuan akan lebih efisien. (Amas)