BANDUNG BARAT (CM) – Pesantren ini mengajarkan para santrinya tidak hanya belajar menghafal Alquran saja, lebih jauh pihak pengelola pesantren ingin para santri ini belajar wiraswasta.
Pesantren ini adalah Pesantren Tahfizh dan Preneur Kampoeng Qur’an Cendekia. Pesantren yang berpusat di komplek Lembah Hijau Cihanjuang A13, Cihanjuang Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB) ini memang sedikit unik dan berbeda dengan pesantren-pesantren yang sudah ada sebelumnya.
Suasana yang sejuk dan jauh dari bisingnya lalu lalang kendaraan. Setiap harinya para santri ini melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara bersama-sama di pesantren yang baru saja didirikan pada 2014 ini.
Pesantren yang di gagas oleh Rian Angkasa Pinem ini, memang di desain semenarik mungkin. Dari segi pembelajarannya, pesantren yang baru memiliki dua angkatan ini mengajak para santrinya belajar di alam terbuka. Ini dilakukan tak lain agar memberikan suasana yang berbeda saat proses belajar mengajar berlangsung.
Sesuatu yang sangat baik yang di lakukan oleh pihak pesantren. Ini bisa jadi sebagai terobosan baru bagi anak-anak yang ingin belajar formal, namun tidak kaku. Sebab pada dasarnya belajar tidak lah harus di dalam kelas, di luar kelas bisa menjadi sebuah alternatif baru.
“Jadi pesantren ini adalah pesantren tahfizh preaneur, atau pesantren yang memang salah satu titik fokusnya menghafal Alquran. Kita diimbangi dengan preneur atau wiraswasta. Kami berharap setelah lulus, mereka (anak-anak) punya peluang usaha, syukur-syukur mereka bisa buka usaha sendiri,” papar Rian.
Tentu bukan hanya itu saja yang mereka tawarkan di pesantren yang memiliki jumlah siswa 30 santri ini, Rian menyebut, pesantren Tahfizh dan Preneur Kampoeng Qur’an Cendekia adalah, pesantren yang berlabel inklusif. Artinya pesantren ini menerima anak berkebutuhan khusus (ABK). Menurut data yang tercatat, saat ini jumlah siswa ABK di pesantren ini sebanyak tiga orang.
“Ya, kita menerima ABK juga, pesantren kita inklusif,” singkat Rian.
Soal materi pembelajaran, tak perlu diragukan. Para santri ini akan mendapatkan materi belajar yang jelas dan terarah. Beberapa materi yang mereka ajarkan ialah, kewirausahaan, tahfizh quran, sirrah nabawiyah (tentang sejarah Nabi), bahasa Arab, bahtsul masa’il (kajian keislaman) yang bersifat tematis yang di dalamnnya ada fiqih, tahfizh, kepemimpinan, ahlak, dan aqidah, kewirausahaan.
“Selain itu, ada pula materi Muhadharah, anak diberi kesempatan untuk berdakwah di depan teman-temannya dengan menggunakan bahasa Indonesia, Inggris dan Arab dan masih banyak lagi materinya,” papar dia.
Untuk belajarnya sendiri, memang tidak seformal sekolah atau pesantren lain pada umumnya. Kata Rian, para santri ini akan diajak belajar di saung, aula atau pelataran masjid. “Ini untuk memberikan suasana berbeda bagi santri kami,” ucapnya.
Menurut data yang tercatat, sejumlah santri pesantren Tahfizh dan Preneur Kampoeng Qur’an Cendekia berasal dari berbagai daerah yang ada di Bandung Raya.
“Santri-santri di pesantren ini 50 persen dari Bandung dan sekitarnya, 50 persen lagi di luar Bandung, ada yang dari Jombang, Medan, Palangkaraya, Bogor, Jakarta, dan lainnya,” imbuhnya.
Sesuai dengan visinya yakni, bertindak nyata dengan Alquran. Dia berharap, semua hal yang menjadi tindak laku kembali ke Alquran dan bisa melahirkan para penghafal Alquran yang baik. “Banyak yang menganggap pesantren itu kaku, pesantren di sini sangat ramah anak,” pungkas Rian. (kky)